Setiap barang bawaan diperiksa dan dicatat, khususnya yang berpotensi menjadi sampah. Pendaki diberikan fasilitas wadah penyimpanan dan diwajibkan membawa kembali semua sampahnya. Jika ditemukan sampah yang hilang atau tertinggal, akan dikenakan denda sesuai aturan yang berlaku.
“Gunung ini kami tutup sementara setiap awal tahun, dari Januari hingga Maret, demi menjaga keseimbangan alam saat musim hujan. Penutupan ini memberi waktu bagi ekosistem untuk memulihkan diri,” ungkap Musta’in.
Sementara itu, Galih Donikara, Advisor dari Eiger Adventure Service Team, menyebut kolaborasi di Bulu Baria merupakan bagian dari nilai-nilai inti EIGER, yakni inovasi, kepedulian terhadap lingkungan, dan keberdayaan masyarakat.
“Melalui program ini, kami ingin menunjukkan bahwa pendakian yang ramah lingkungan bisa diwujudkan tanpa harus mengorbankan pengalaman alam. Bulu Baria adalah contoh nyata dari upaya kolektif antara komunitas lokal, pengelola, dan brand,” jelas Galih.
Ia pun mengajak para pendaki dan pengelola gunung lainnya untuk mengadopsi semangat serupa demi menjaga kelestarian gunung-gunung Indonesia dari ancaman sampah.
Editor : Rizal Fadillah
Artikel Terkait