Menurut Kabinda, pendekatan preventif ini dilakukan melalui pemantauan ketat, penggalangan informasi, serta koordinasi rutin, baik dalam forum formal maupun informal. Hasil dari pemantauan ini dilaporkan ke BIN pusat dan menjadi bagian dari strategi bersama Forkopimda.
Potensi Ancaman Besar di Wilayah Padat Penduduk
Jawa Barat merupakan provinsi dengan jumlah penduduk terbesar di Indonesia, mencapai lebih dari 50 juta jiwa dan wilayah seluas sekitar 35.000 km². Dengan keragaman sosial dan budaya, provinsi ini rentan terhadap berbagai bentuk kerawanan sosial dan keamanan.
Kabinda menyampaikan bahwa konsentrasi massa dari berbagai kelompok dan organisasi menjadi potensi mobilisasi besar yang bisa berdampak pada keamanan. BIN, lanjutnya, berperan dalam mereduksi potensi ini sebelum menjadi ancaman nyata.
Menariknya, ia juga menyoroti tantangan baru di era digital, yakni keberadaan "lone wolf" atau individu yang terpapar ideologi ekstrem melalui media sosial.
“Penanganan lone wolf yang terpengaruh brainwash via media sosial jauh lebih sulit daripada gerakan terorganisir,” ungkap Brigjen Toto.
Dalam menghadapi tantangan ini, BIN Jabar beroperasi selama 24 jam, termasuk melakukan pemantauan terhadap opini publik di media sosial dan platform digital lainnya. Mereka turut bersinergi dengan Komdigi dan kepolisian melalui sistem Mobile Blast WhatsApp untuk penyebaran cepat informasi penting.
Editor : Rizal Fadillah
Artikel Terkait