BANDUNG, iNewsBandungRaya.id - Kongres XXII Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) yang diselenggarakan di Kota Bandung telah berlangsung selama lebih dari dua pekan.
Ketua Umum GMNI, Risyad Fahlefi, menilai proses panjang ini sebagai pembelajaran penting bagi seluruh kader dalam memperkuat organisasi ke depan.
“Hari ini kongres sudah berjalan kurang lebih 16 hari. Saya harap ini menjadi pembelajaran bagi kader-kader GMNI. Ini adalah proses agar GMNI bisa menjadi lebih besar ke depannya,” ujar Risyad usai Penutupan Kongres XXII GMNI di Gedung Merdeka Bandung, Rabu (30/7/2025).
Inisiasi Rekonsiliasi Nasional
Risyad menyoroti adanya dinamika internal yang muncul selama kongres berlangsung. Namun ia tetap optimistis, mayoritas kader sejatinya menginginkan persatuan.
“Saya berniat untuk menginisiasi rekonsiliasi di antara semua kawan-kawan GMNI. Pandangan saya, kita bisa bentuk forum komunikasi atau majelis komunikasi sebagai wadah bersama,” jelasnya.
Risyad menekankan, upaya rekonsiliasi membutuhkan komunikasi strategis dengan seluruh stakeholder, termasuk para senior dan alumni GMNI.
Legalitas dan Konsolidasi Internal
Langkah awal yang dilakukan pihaknya, kata Risyad, adalah memastikan legalitas organisasi, termasuk pengurusan Surat Keputusan (SK) dari Kementerian Hukum dan HAM (Kumham).
“Kami yakin, proses kongres ini telah mengikuti mekanisme organisasi yang semestinya. Legalitas adalah hal utama yang kami kejar,” tegasnya.
Setelah itu, Risyad berkomitmen untuk menyusun kepengurusan secara utuh demi mengoptimalkan fungsi organisasi sesuai tugas pokok dan fungsi (tupoksi) masing-masing.
Alasan Kongres Berlangsung Lama
Mengenai lamanya penyelenggaraan kongres, Risyad mengakui adanya dinamika internal dan kendala teknis, termasuk soal izin penggunaan Gedung Merdeka.
“Sudah 6 tahun GMNI tidak menggelar kongres. Antusiasme tinggi ini sempat menimbulkan dinamika yang dipandang pemerintah perlu ditertibkan. Tapi panitia lokal bekerja keras meyakinkan agar izin bisa diterbitkan kembali,” ungkapnya.
Sebagai organisasi perjuangan, GMNI tetap akan menjadi mitra kritis bagi pemerintah, namun tetap menjalin hubungan konstruktif demi memberdayakan kader-kader muda ke depan.
“Kita tidak bisa mengabaikan stakeholder pemerintah dalam menjaga eksistensi GMNI. Pemerintah bisa menjadi mitra dalam pemberdayaan kader, dan GMNI harus menyambut itu dengan sikap kritis yang konstruktif,” tutupnya.
Editor : Rizal Fadillah
Artikel Terkait