Beberapa kebiasaan inti meliputi:
Bangun pagi secara strategis, baik secara biologis maupun spiritual.
Beribadah yang menumbuhkan ketenangan batin dan kesehatan mental.
Berolahraga untuk menguatkan fisik dan mental.
Makan sehat dan gemar belajar sebagai pilar optimalisasi tubuh dan intelektual.
Bermasyarakat untuk menumbuhkan empati, meneladani Rasulullah SAW dan tokoh bangsa seperti Soekarno serta KH. Hasyim Asyari.
Tidur cepat untuk pemulihan energi dan konsolidasi memori.
Lebih jauh, gagasan Virtue Learning yang berkembang dalam tradisi pendidikan pesantren menjadi pondasi moral dan spiritual, sehingga kebiasaan ini bukan sekadar rutinitas, tetapi kebajikan yang melekat dalam jiwa anak.
Lima nilai utama Virtue Learning yang dijadikan landasan adalah:
Tawadhu – kerendahan hati
Sabar – kesabaran
Ukhuwah Islamiyah – persaudaraan
Tawakkal – penyerahan diri kepada Tuhan
Istiqamah – konsistensi dalam kebaikan
Kombinasi antara pengetahuan modern dan nilai tradisional ini menciptakan sinergi pendidikan karakter yang utuh, berkelanjutan, dan relevan dengan perkembangan zaman.
Habib Syarief berharap Beyond Habit menjadi inspirasi strategis bagi pendidik, pembuat kebijakan, dan masyarakat luas dalam mengembangkan pendidikan karakter yang holistik dan bermakna.
“Membentuk karakter unggul bukanlah tugas ringan, melainkan amanah bersama yang memerlukan komitmen, inovasi, dan kerja sama seluruh ekosistem pendidikan. Dengan begitu, Indonesia akan melahirkan insan berdaya saing tinggi, berbudaya, berakhlak mulia, dan mampu membawa bangsa ke tingkat peradaban yang lebih tinggi dan berkelanjutan,” pungkasnya.
Editor : Agung Bakti Sarasa
Artikel Terkait
