Audrey King of the Jungle Soroti Birokrasi Lambat, Ekspor Koi Indonesia Jadi Terhambat

Rizal Fadillah
Audrey King of the Jungle saat berkunjung ke kediaman pengusaha dan pegiat komunitas ikan koi, Hartono Soekwanto, atau yang dikenal sebagai Bos Koi, Jumat (17/10/2025). Foto: Ist.

"Ikan koi ini butuh perputaran cepat. Kalau makin gede sedikit, harganya bisa berubah, bahkan bisa terkena penyakit, sehingga nilainya turun," katanya.

Mewakili petani di sentra-sentra koi seperti Sukabumi, Blitar, dan Tulung Agung, Audrey berharap proses ekspor bisa lebih cepat dan dipermudah, termasuk melalui regulasi yang lebih efisien di kementerian terkait.

Bos Koi Soroti Kolaborasi dan Sosialisasi

Hartono Soekwanto menekankan pentingnya kolaborasi antara pemerintah dan petani ikan. Menurut Bos Koi, birokrasi yang berbelit menjadi kendala utama ekspor.

"Mau kirim koi untuk ekspor susah, banyak surat yang harus diurus. Kalau bisa lebih dipermudah, industri ini bisa berkembang pesat," ujarnya.

Ia juga menyoroti perlunya sosialisasi pemerintah kepada petani agar dokumen dan regulasi ekspor lebih mudah dipahami, serta penyesuaian jam kerja untuk sinkronisasi antara petani dan pejabat terkait.

Potensi Ekonomi Koi di Indonesia

Menurut Bos Koi, nilai ekonomi ikan koi jauh lebih tinggi dibanding ikan konsumsi. Harga per ekor bisa mencapai Rp150 juta hingga Rp1,5 miliar untuk kualitas terbaik, menjadikannya komoditas perikanan bernilai tinggi di Indonesia.

Editor : Rizal Fadillah

Halaman Selanjutnya
Halaman : 1 2 3

Bagikan Artikel Ini
Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Jurnalis iNews Network tidak terlibat dalam materi konten ini.
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network