"Ikan koi ini butuh perputaran cepat. Kalau makin gede sedikit, harganya bisa berubah, bahkan bisa terkena penyakit, sehingga nilainya turun," katanya.
Mewakili petani di sentra-sentra koi seperti Sukabumi, Blitar, dan Tulung Agung, Audrey berharap proses ekspor bisa lebih cepat dan dipermudah, termasuk melalui regulasi yang lebih efisien di kementerian terkait.
Bos Koi Soroti Kolaborasi dan Sosialisasi
Hartono Soekwanto menekankan pentingnya kolaborasi antara pemerintah dan petani ikan. Menurut Bos Koi, birokrasi yang berbelit menjadi kendala utama ekspor.
"Mau kirim koi untuk ekspor susah, banyak surat yang harus diurus. Kalau bisa lebih dipermudah, industri ini bisa berkembang pesat," ujarnya.
Ia juga menyoroti perlunya sosialisasi pemerintah kepada petani agar dokumen dan regulasi ekspor lebih mudah dipahami, serta penyesuaian jam kerja untuk sinkronisasi antara petani dan pejabat terkait.
Potensi Ekonomi Koi di Indonesia
Menurut Bos Koi, nilai ekonomi ikan koi jauh lebih tinggi dibanding ikan konsumsi. Harga per ekor bisa mencapai Rp150 juta hingga Rp1,5 miliar untuk kualitas terbaik, menjadikannya komoditas perikanan bernilai tinggi di Indonesia.
Editor : Rizal Fadillah
Artikel Terkait