Membaca Audiens: Seni yang Tidak Bisa Diabaikan
Bagi Masayu, menjadi MC sukses berarti mampu membaca audiens. Tidak semua orang merespons humor atau gaya penyampaian yang sama.
“Kalau audiens agak kaku, kita harus pilih jokes yang sopan. Kalau audiens anak muda, gaya santai lebih cocok. Membaca audiens itu sangat penting,” ujarnya. Kepekaan ini terbentuk dari pengalaman bertahun-tahun menghadapi berbagai tipe audiens, dari pejabat negara hingga anak muda kreatif.
Era Digital: Tantangan Baru yang Kreatif
Tantangan terbesar kini bukan hanya panggung dan mikrofon. Era digital membuka peluang sekaligus kompetisi baru. Masayu menyadari pentingnya memanfaatkan media sosial untuk branding diri.
“Kita harus kreatif. Digital bukan hanya soal eksis, tapi bagaimana membangun citra profesional dan menjangkau target market,” tuturnya.
Ia mencontohkan, kemampuan berbahasa asing harus dikombinasikan dengan strategi digital. Konten yang dibuat harus sesuai target, tetap sopan, dan relevan dengan audiens yang dituju. Dengan begitu, seorang MC tidak hanya dikenal di panggung, tetapi juga di dunia maya.
Membangun Kepercayaan: Dari Geladi Resik hingga Penampilan
Masayu menekankan pentingnya membangun trust dengan klien dan audiens. Geladi resik, penampilan proper, dan komunikasi yang efektif menjadi kunci. “Geladi resik itu penting. Dari situ klien sudah merasa dihargai. Trust muncul, dan itu harus dipertahankan setiap kali tampil,” katanya.
Dalam praktiknya, seorang MC harus siap menghadapi situasi mendadak, seperti memanggil nama yang belum dipersiapkan atau menyesuaikan alur acara secara real-time. Kecepatan berpikir, kesigapan, dan pengalaman menjadi faktor penentu kesuksesan di momen kritis.
Editor : Agung Bakti Sarasa
Artikel Terkait
