Kepala BKKBN Dokter Hasto menyebut, keberhasilan bagi sebuah negara bisa diukur melalui Human Capital Index, dimana sebuah negara di katakan maju jika masyarakat mempunyai umur yang panjang, sehat dan produktif. Hal tersebut menurut Dokter Hasto, tentu merupakan target bersama untuk mewujudkan generasi unggul bebas stunting berdasarkan arahan Presiden Joko Widodo, dimana target prevalensi stunting Indonesia harus di angka 14% pada 2024 mendatang. Dokter Hasto menyebut stunting merupakan kondisi gagal tumbuh yang dialami oleh anak-anak akibat kekurangan asupan gizi. Dampak yang ditimbulkan akibat stunting yakni tinggi badan yang tidak optimal sehingga badan menjadi lebih pendek, kurang cerdas dan pada usia 40 tahun mudah sakit-sakitan karena metabolisme tubuh yang berbeda.
“Kondisi ini menjadi tantangan tersendiri karena kita menghadapi bonus demografi dimana usia-usia produktif harus benar-benar produktif dan berkualitas. Bonus demografi hanya sampai antara 2030-2040 sehingga setelah itu ada aging population, sehingga kalau tidak memanfaatkan generasi yang unggul maka kemudian kita tidak mentransfer bonus demografi menjadi bonus kesejahteraan,” kata Dokter Hasto.
Dokter Hasto pun mengucapkan terima kasih kepada Menteri Agama RI Yaqut Cholil Qoumas yang telah membantu BKKBN dalam upaya percepatan penurunan stunting nasional melalui bimbingan perkawinan calon pengantin yang dilaksanakan tiga bulan sebelum menikah.
BKKBN, sambung Dokter Hasto, juga terus melakukan kampanye tiga terlalu, yakni jangan menikah terlalu muda, jangan terlalu tua hamil, dan jangan terlalu sering hamil. Selain itu BKKBN juga memiliki aplikasi Elsimil yakni Elektronik Siap Nikah Siap Hamil yang diperuntukan bagi calon pengantin untuk mempersiapkan kehamilan secara baik demi mencegah lahirnya kasus stunting baru.
Sementara itu Menteri Agama RI Yaqut Cholil Qoumas mengatakan, acara Halaqoh Nasional Pelibatan Penyuluh Agama, Da’i, dan Da’iyah Untuk Mendukung Percepatan Penurunan Stunting merupakan penjabaran dari perintah agama. Menteri yang akrab disapa Gus Yaqut ini menyebut Islam memerintahkan agar tidak mewariskan generasi yang lemah.
Kemenag sendiri memberikan dukungan penuh kepada BKKBN dalam upaya percepatan penurunan stunting demi terciptanya generasi yang unggul demi kesejahteraan bangsa dan negara Indonesia di masa depan. “Kami akan terus memperkuat peran penyuluh agama di tengah masyarakat bersama para Da’i dan Da’iyah. Kita juga terus akan meningkatkan kualitas bimbingan di masyarakat,” kata Gus Yaqut.
Ia juga menegaskan telah melakukan penguatan kepada petugas Kantor Urusan Agama (KUA) untuk memberikan bimbingan perkawinan dengan memasukan materi stunting kepada calon pengantin. Lebih jauh dia menambahkan, sudah sangat tepat jika pemerintah melibatkan penyuluh agama, Da’i dan Da’iyah dalam upaya percepatan penurunan stunting. Mereka bisa mengambil peran dalam setiap ceramah, kotbah, tausiah kepada masyarakat agar pemahaman tentang stunting ini bisa lebih mudah dimengerti.
“Narasi yang dibangun untuk menyadadarkan pentingnya stunting menurut hemat kami adalah narasi yang pernah disabdakan langsung oleh Nabi Muhammad SAW yaitu mukmin yang lebih baik dan kuat itu lebih dicintai oleh Allah SWT daripada mukmin yang lemah. Salah satu upaya untuk menjadi mukmin yang dicintai Allah tentu dengan cara tumbuh optimal baik secara fisik maupun mental,” jelas dia.
Dalam membangun narasi tersebut, kata Gus Yaqut tentu tidak mudah, perlu individu-individu yang tulus dan ikhlas mengabdi. Hal tersebut tentunya dimiliki oleh para penyuluh agama yang sudah teregistrasi di Kementerian Agama yang saat ini jumlahnya telah mencapai 50.000.
“Kemenag telah menjadikan isu ketahanan keluarga ini termasuk di dalamnya kesehatan sebagai program prioritas dan kita tau bersama keluarga adalah institusi yang menjadi awal lahirnya geneasi penerus bangsa. Dari keluarga ini awal mendapat pendidikan dan bimbingan terbaik. Oleh karena itu mempersiapkan keluarga baik harus dimulai dari edukasi yang komprehensif tentang keluarga dan aspek-aspek terkait,” ujar dia.
Gus Yaqut berharap dengan diselenggarakannya Halaqoh Nasional ini, masyarakat akan lebih sadar mengenai bahaya stunting lewat peran tokoh agama yang dapat diadopsi lewat kotbah Jumat dan kegiatan keagamaannya lainnya sehingga keluarga Indonesia benar-benar mempersiapkan diri sebagai keluarga yang kuat secara mental, material, dan spiritual.***
Editor : Ude D Gunadi