4. Museum Pos Indonesia
Sudah berdiri sejak tahun 1933, Museum Pos Indonesia merupakan hasil rancangan dua arsitek bernama J. Berger dan Leutdsgebouwdienst. Sebelumnya, museum ini disebut Pos Telegrap dan Telepon (PTT).
Namun pada tahun 1983, Museum Pos Telegrap dan Telepon berubah nama menjadi Museum Pos dan Giro, museum ini pun resmi diambil alih oleh Perum Pos dan Giro. Tidak sampai disitu, penamaan museum berubah kembali di tahun 1955 menjadi Museum Pos Indonesia.
Museum Pos Indonesia merupakan sebuah museum yang menampilkan ribuan koleksi perangko dari seluruh penjuru dunia. Terletak di area yang sama dengan Gedung Sate, Museum ini menjadi gambaran bagaimana populernya kegiatan surat menyurat pada zaman dahulu.
Sebelum memasuki area dalam museum, pengunjung akan langsung melihat gambar sebuah perangko pertama Hindia Belanda yang terbit pada 1 April 1864. Perangko yang dicetak dalam ukuran besar ini terpampang di area depan museum.
Saat mulai masuk ke dalam museum, akan ada koleksi-koleksi perangko beserta diorama yang menunjukan kegiatan pos keliling desa pada era 80-90an.
Selain bisa melihat koleksi perangko, ada banyak koleksi benda-benda pos dari masa ke masa seperti baju dinas (seragam pos), timbangan surat sampai sepeda yang pada zaman dahulu digunakan sebagai transportasi pak pos. Semua benda pos yang dipamerkan merupakan koleksi dari peninggalan zaman kolonial sampai tahun 2000an.
Tidak hanya itu, pengunjung juga bisa menemukan surat-surat yang sudah berumur lebih dari ratusan tahun. Surat tersebut sebagian besar merupakan surat berharga dari beberapa Raja Nusantara yang ditujukan untuk Gubernur Jenderal Inggris, Thomas Stamford Bingley Raffles.
Editor : Rizal Fadillah