"Jabar paling besar (alokasi subsidi kedelai dari pusat) yakni 30.365.000 kg. Paling besar kedua Jatim, yakni 11,7 juta kg, dan Jateng ketiga sebanyak 10, 7 juta kg. Realiasasi sampai 12 Oktober 2022 total realiasi sudah 32 juta (untuk Jabar) sudah melebihi," terangnya.
Iendra mengatakan, 90 persen bahan baku tahu tempe berasal dari luar negeri. Karena itu Kementerian Pertanian terus berupaya untuk mendorong petani menanam kedelai, tetapi hasil kurang optimal.
"Menurut kadis pertanian di sejumlah daerah, para petani kurang tertarik. Sudah mencoba karena untungnya tidak besar. Yang kedua, mungkin dipengaruhi hasil produk yang tidak sebagus dari luar negeri," katanya
ia menambahkan, pengendalian harga kedelai juga turut dilakukan dengan rencana menerapkan skema menggunakan mata uang lokal atau Local Currency Settlement (LCS) yang dikembangkan oleh BI.
"(LCS) ini dikembangkan BI, dan dikerjasamakan dengan sejumlah negara seperti Jepang, China, Hongkong bahkan Thailand. Sehingga jika terjadi perdagangan luar negeri, kita gunakan mata uangnya itu negara yang dikerjasamakan, tidak tergantung dolar. Kan sekarang dolar naik semuanya ikut naik. Nah, LCS yang akan kita dorong untuk Indonesia," tandasnya.
Editor : Rizal Fadillah