BANDUNG, INEWSBANDUNGRAYA.ID - Tak heran, mengapa Kota Bandung saat ini menjadi daerah yang banyak dikunjungi wisatawan untuk berburu beragam kulinernya. Ternyata, kebiasaan itu sudah ada sejak zaman dulu.
Ya, seperti diketahui Kota Bandung memiliki beragam kuliner yang selalu mampu memanjakan lidah setiap pengunjungnya. Beragam tempat makan/restoran, kafe, hingga kuliner kaki lima akan mudah ditemui di daerah berjuluk Paris van Java ini.
Salah satu kuliner kaki lima yang bisa Anda temui adalah warung tenda penjual susu sapi segar. Ya, di Bandung akan sangat mudah menemuka pedagang kaki lima yang menyajikan susu sapi segar ini.
Di Bandung sendiri, terdapat dua sentra produksi susu sapi segar. Pertama ada di Pangalengan, Kabupaten Bandung dan kedua ada di Lembang, Kabupaten Bandung Barat (KBB).
Pusat produksi susu sapi segar di Pangalengan dan Lembang telah ada sejak zaman kolonial Belanda. Itulah sebabnya, Kota Bandung saat ini banyak bertebaran pedagang susu sapi murni.
Selain memiliki rasa yang segar dan nikmat, harganya pun cukup murah yakni berkisar Rp5.000 per gelas. Susu murni yang dijual para pedagang diberi varian rasa, antara lain anggur, melon, dan stroberi.
Dalam buku Wajah Bandoeng Tempo Doeloe karya Haryoto Kunto, Priangan barat (Bandung Raya), telah menjadi penghasil susu sapi sejak abad 18. Klaim itu berdasarkan catatan perjalanan Heeren Medici.
Sekitar 1786, Heeren Medici melakukan perjalanan dari Bandung ke Batavia, membawa sebotol susu untuk sarapan. Perjalanan yang sangat berat mengocok susu yang dibawa.
Sampai di Rajamandala, KBB, Heeren Medici mendapatkan susu tersebut sudah berubah menjadi butiran-butiran keju dan mentega. Peternakan sapi penghasil susu segar mulai berkembang pesat di Bandung pada awal abad 20 yang dikelola para pengusaha Belanda.
Beberapa peternakan terkenal mulai muncul. Antara lain, General de Wet, Lembangsche Melkerij Ursone, dan De Friesche Terp.
Alam Bandung Raya yang berada di dataran tinggi dan suhu udara yang sejuk sangat cocok dijadikan peternakan sapi perah.
Dihimpun dari berbagai sumber, berikut Bandung tempo dulu sebagai daerah penghasil susu sapi kesukaan meneer Belanda:
Produksi dan distribusi susu sapi segar di Bandung Raya, tidak terlepas dari peran Bandoengsche Melk Centrale (BMC) yang berlokasi di Jalan Aceh, Kelurahan Babakan Ciamis, Kecamatan Sumur Bandung, Kota Bandung, tepatnya di belakang Masjid Ukhuwah, berseberangan dengan Balai Kota Bandung.
BMC didirkan oleh The Dutch Boers pada 1928. Kemudian, pada 1932, sebanyak 23 perusahaan susu sapi mendukung berdirinya BMC sebagai pusat distribusi susu sapi di Bandung. Sebagian besar susu sapi yang diproduksi dikirim ke rumah-rumah para meneer Belanda yang tinggal di Bandung.
Selain Bandung, BMC juga mendistribusikan susu sapi ke Batavia atau Jakarta untuk memenuhi kebutuhan orang-orang Belanda di sana. Posisi Batavia di tepi laut dengan suhu udara panas tidak memungkinkan bagi peternakan sapi perah. Hanya ada beberapa perusahaan dan peternakan kecil di Batavia yang memproduksi susu sapi di sana.
Tetapi produksi susu sapi di Batavia tidak mampu menutupi kebutuhan susu sapi bagi para meneer Belanda. BMC menjadi satu-satunya koperasi pengolahan susu sapi berteknologi tinggi pada masa Hindia Belanda.
BMC dilengkapi dengan peralatan canggih pada masanya, yaitu teknologi instalasi pendingin. Mesin pendingin dapat memperpanjang usia susu sapi, yang biasanya hanya bisa bertahan satu hari.
Keberadaan instalasi pendingin ini memungkinkan BMC mengirimkan susu sapi ke Batavia. Dengan truk yang dipasang pendingin, BMC mengirimkan susu sapi segar ke Batavia yang berjarak 170 kilometer (km) dari Bandung. Perjalanan pun ditempuh melalui jalur darat tanpa tol.
Saat itu, truk pengirim susu berangkat dari Kota Bandung pada pukul 20.00 dan tiba di Batavia pukul 2.30 WIB. Susu yang dimasukan ke dalam truk mempunyai suhu sekitar 4 derajat Celcius. Setelah melewati perjalanan selama enam setengah jam, suhu susu sapi meningkat sedikit menjadi hanya 9 derajat celcius.
Susu sapi segar asal Bandung itu ditampung oleh perusahaan Moderna. Mereka mengemas susu-susu tersebut dalam botol-botol. Setelah itu, susu didistribusikan ke rumah-rumah meneer Belanda saat subuh.
Para pengantar mendistribusikan botol-botol yang berisi susu menggunakan sepeda. Sesuai kebiasaan orang Belanda, mereka memulai aktivitas pukul 06.00 WIB. Mereka kerap menyantap sarapan pagi, roti bakar, biskuit, dan segelas susu segar.
Keberadaan perusahaan peternakan dan pemerahan susu sapi di Bandung menyokong penjajah Belanda bertahan dari krisis global kala itu. Mereka dapat bangkit dan kembali memenuhi kebutuhan susu di Hindia Belanda. BMC, sebagai perusahaan yang menghimpun produksi susu sapi se-Bandung Raya berhasil menstabilkan harga susu sapi saat itu.
Para peternak cukup fokus pemeliharaan sapi dan produksi susu sapi tanpa memikirkan masalah distribusi. Pascakemerdekaan, BMC masih menjadi pusat distribusi susu sapi segar di Kota Bandung dan sekitarnya.
Saat ini, gedung BMC bergaya Art Deco Geometric menjadi bangunan cagar budaya. Kini, BMC berubah fungsi menjadi kafe yang menyuguhkan berbagai macam makanan dan minuman berbahan dasar susu. BMC menyuguhkan menu menarik dari yoghurt dan milkshake.
- KPBS Pangalengan dan KPBU Lembang
Sampai saat ini, peternakan sapi perah masih eksis di Pangalengan, Kabupaten Bandung dan Lembang, KBB. Di dua kawasan itu, ratusan peternak mengandalkan mata pencarian sebagai peternak sapi perah yang memproduksi susu sapi segar.
Ribuan liter susu sapi segar diproduksi dari dua sentra tersebut. Wajar jika di Kota Bandung bertebaran warung tenda yang menjual susu murni dan yoghurt.
Peternakan sapi perah di Pangalengan telah ada sejak masa kolonial Belanda. Pada masa itu, terdapat beberapa peternakan, di antaranya, De Friensche Terp, Almanak, Van Der Els, dan Big Man.
Setelah Belanda hengkang dari Indonesia, peternakan sapi perah dikelola oleh masyarakat setempat yang telah menyerap ilmu cara memelihara sapi perah dan memproduksi susu sapi. Saat ini, di Pangalengan, Kabupaten Bandung, distribusi susu sapi dikelola oleh Koperasi Peternakan Bandung Selatan (KPBS) Pangalengan.
Koperasi ini beranggotakan para peternak sapi perah di Kecamatan Pangalengan, Bandung. KPBS Pangalengan berdiri pada 22 Maret 1969.
Pada 1 April 1969, KPBS Pangalengan secara resmi telah berbadan hukum. KPBS Pangalengan bertekad untuk menyukseskan swasembada susu di Indonesia.
Dalam perjalanannya, KPBS Pangalengan meraih prestasi nasional. Seperti penghargaan Koperasi Teladan Nasional dalam tiga tahun, 1982, 1984, dan 1985.
Koperasi Mandiri (1988), Tanda Kehormatan Bintang Jasa Utama (1997), Koperasi Kehormatan Bidang Produsen (2004), Cooperative Award (2007), BAKTI KOPERASI (Ketua Umum) (2010), Sabilulungan Award (2015), Penghargaan Bakti Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah (2016), Tanda Kehormatan Satyalencana Wira Karya (2017).
Sementara itu, di kawasan Bandung utara, terutama Lembang, berdiri Koperasi Peternak Susu Bandung Utara (KPSBU) pada 1971. Manajemen KPSBU diarahkan untuk berfungsi sebagai sebuah tim agar dapat mendukung keberadaan koperasi dalam lingkungan yang sangat kompetitif saat ini.
Tujuan Utama koperasi kami adalah menghasilkan Core Commodity yang unggul, yakni susu segar yang dihasilkan peternak sebagai produk bermutu tinggi di pasaran.
Editor : Rizal Fadillah