get app
inews
Aa Text
Read Next : Dukung Pasangan Dadang-Ali, Boni Anggara: Pilihan Terbaik untuk Kabupaten Bandung

Tiga Mimpi Besar Dadang Supriatna untuk Kabupaten Bandung

Rabu, 08 Maret 2023 | 11:45 WIB
header img
Bupati Bandung, Dadang Supriatna ungkap mimpi besar selama mimpin wilayah Kabupaten Bandung. Foto: iNews Bandung Raya

BANDUNG, iNewsBansungRaya.id - Setiap kepala daerah pasti memiliki mimpi besar untuk mewujudkan wilayahnya maju dan sejahtera, tak terkecuali Bupati Bandung, Dadang Supriatna untuk Kabupaten Bandung.

Namun, untuk mewujudkan mimpi besar tersebut pasti memerlukan penyesuaian. Selain dengan adanya Program Strategis Nasional (PSN) yang dicanangkan pemerintah pusat, juga harus melihat kondisi faktual di lapangan.

Dadang Supriatna mengaku, mimpi besar pertamanya adalah mengatasi masalah banjir di Kabupaten Bandung. Pihaknya pun berterima kasih kepada pemerintah pusat yang telah memberikan dukungan untuk menyelesaikan persoalan banjir ini. 

Diketahui, Presiden Joko Widodo (Jokowi) baru saja meresmikan Kolam Retensi Andir, Kolam Retensi Cieunteng dan Floodway (Sodetan) Cisangkuy. Ketiga infrastruktur tersebut berada di wilayah Kabupaten Bandung yang tujuannya untuk mengatasi masalah banjir. 

"Tapi saya juga mengusulkan untuk 5 lokasi danau lagi yang ada di wilayah kawasan strategis Tegalluar yang mencakup di 4 kecamatan, di antaranya Kecamatan Bojongsoang, Cileunyi, Rancaekek dan Solokanjeruk," kata Dadang Supriatna saat wawancara eksklusif dengan iNews Bandung Raya di Gedung Sekretariat Daerah (Setda) Kabupaten Bandung, Selasa (7/3/2023).

Dadang menilai, kolam retensi hanya salah satu solusi saja mengatasi masalah banjir di wilayahnya. Sebab banjir baginya merupakan tanggung jawab bersama dari mulai hulu hingga hilir.

Apabila di hulunya gundul, kata Dadang, maka akan terjadi sedimentasi. Sedangkan di bagian hilir, masyarakat jangan sampai buang sampah sembarangan. Di sisi lain, pemerintah membuat inovasi di antaranya membuat danau atau kolam retensi.

"Peran masyarakat ini lebih utama, pemerintah hanya sebagai pelayan. Kalau masyarakatnya sekarang tidak disiplin sama aja," ungkapnya.

Mimpi besar kedua Dadang Supriatna adalah infrastruktur di Kabupaten Bandung. Dadang menyoroti proyek Kereta Cepat Jakarta Bandung (KCJB) dimana Transit Oriented Development (TOD) KCJB juga berada di wilayahnya, tepatnya di Tegalluar.

Namun, lanjut Dadang, keberadaan TOD KCJB belum ditunjang jalan-jalan yang sifatnya sekunder dan primer, termasuk tersier. Dadang menegaskan, apabila sudah masuk PSN, maka kawasan tersebut harus dilengkapi akses penunjangnya.

Dadang menjelaskan, Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) TOD KCJB sudah diproses dan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR)-nya bahkan hampir rampung.

Apabila RTRW dan RDTR sudah masuk, kata Dadang, maka pemerintah pusat berkewajiban memberikan fasilitas dan sarana prasarana penunjang, termasuk jalan.

"Tapi kalau misalnya menggunakan yang sifatnya APBD khusus Kabupaten Bandung, jujur kami tidak cukup," ucap Dadang. 

Oleh karenanya, persoalan TOD KCJB itu harus diselesaikan melalui kolaborasi. Bukan hanya di tingkat provinsi, tetapi juga bersama pemerintah pusat.

"Insya Allah saya selalu optimis bahwa proses untuk mendorong dan mengejar mimpi yang tadi bisa selesai dengan kekompokan dan pentahelix," ucapnya.

Mimpi besar ketiga Kang DS, sapaan akrabnya, yaitu persoalan kemacetan. Bagi Kang DS, persoalan kemacetan penting untuk diselesaikan lantaran hal itu tidak bisa dihindari.

Sejumlah lokasi yang kerap macet parah di Kabupaten Bandung di antaranya Cileunyi, Bojongsoang, Kopo Sayati, dan Rancaekek. Khusus yang terakhir, kemacetan terjadi lantaran ada kereta api sehingga ekor kemacetan hingga Jalan Raya Rancaekek.

"Kami sudah usulkan ke Pak Gubernur juga, alhamdulillah lagi dikaji, baik itu FS dan DED-nya," jelasnya.

Lebih lanjut Kang DS menuturkan, status jalan di Kabupaten Bandung ada tiga yakni jalan nasional, jalan provinsi, dan jalan kabupaten. Jalan kabupaten membentang sepanjang 1.400 km, jalan provinsi 113 km, dan jalan nasional di bawah 50 km.

"Tentu sesuai dengan tanggung jawabnya kita usulkan (perbaikan). Tetapi kita juga mengusulkan ke pemerintah pusat, sehingga turun lah program DAK. Dengan adanya ini tentu masih banyak jalan-jalan yang harus diperbaiki bahkan belum selesai," beber mantan Anggota DPRD Jabar itu.

Menurutnya, kolaborasi yang sifatnya pentahelix sangat penting. Hal ini pernah dicobanya di dua kegiatan yakni normalisasi sungai di Cicalengka-Rancaekek dan Ciwidey hingga Cikurai.

"Dan program pentahelix prinsipnya asal bicara terbuka, transparan, ternyata selesai," ungkapnya.

Normalisasi sungai Cicalengka-Rancaekek panjangnya hampir 12 kilometer bisa berjalan sukses karena masyarakat mau menghibahkan tanahnya di kiri kanan sungai sekitar 4 meter.

Dia tak bisa membayangkan apabila kolaborasi pentahelix itu tak terjadi. Pasalnya, untuk pembebasan lahan saja, anggaran yang dibutuhkan bisa mencapai puluhan miliar rupiah. 

"Kuncinya masyarakat diajak bicara, para pengelola usaha juga diajak bicara, pada akhirnya bisa menyelesaikan dan akhirnya selesai," tandasnya.

Editor : Zhafran Pramoedya

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut