Dalam kesempatan ini, Kang DS mengajak istrinya, Emma Dety Supriatna, berkeliling kampung agar kegiatan takbiran ini lebih mempunyai makna yang luas. Tak sekedar berkumandang secara lisan, tapi juga berkumandang secara sosial.
Menurut Kang DS, kalimat takbir yang bergema akan terasa kering dan tak bernilai pada saat yang bersamaan mendengar ada orang yang sampai tak punya beras untuk dimasak.
"Sementara, besoknya (Sabtu, 22 April 2023) mereka juga ingin merayakan Lebaran," ujar Kang DS.
Dalam pandangan Kang DS, kalimat takbir akan lebih terasa agung jika diucapkan dengan spirit kepekaaan sosial. Sehingga, takbir itu tak berhenti hanya pada makna yang bersifat ritual, tapi jauh dari itu juga bermakna sosial.
"Coba Anda bayangkan, bagaimana jika di tengah sebagian besar orang merasa senang karena makanan berlimpah dengan berkumpul bersama keluarga, ternyata ada saudara kita yang jangankan daging, beras aja tak punya. Bukankah ini dzolim? Lalu apa artinya Takbiran dan Idul Fitri?" tegasnya.
Editor : Zhafran Pramoedya