BANDUNG, iNewsBandungraya.id - Dahulu pemahaman terhadap konsep VUCA dapat membantu perusahaan untuk terus maju, berkembang atau setidaknya bertahan.
VUCA digambarkan sebagai suatu keadaan dimana begitu labil naik turun atau Vatalie, tidak ada kepastian atau Uncertain, sangat rumit atau Complex, dan membingungkan atau Ambigue.
Namun konsep ini kemudian tergantikan dengan kondisi 'Bani' singkatan dari Brittle alias mudah pecah, Anxiety adalah keadaan yang mengkhawatirkan, N adalah Non-linear atau tidak lurus, dan I adalah Incomprehensible atau sulit dipahami.
BANI kemudian menjadi lebih relevan dengan kondisi saat ini ketika kondisi pandemi yang merubah pola kehidupan terjadi, semakin pesatnya perkembangan teknologi digital, hingga kondisi perang yang menimbulkan efek domino di dunia bisnis.
Untuk menghadapi tantangan tersebut, maka Garudafood menerapkan holistic strategic model, melakukan open platform strategy untuk menghasilkan produk-produk inovatif melalui yang berkualitas melalui kemitraan hingga melakukan transformasi digital teknologi dan penggunaan Energi Baru Terbarukan (EBT) untuk mendukung kegiatan operasional.
"Perusahaan saat ini menghadapi tantangan besar sebagai akibat dari pandemi Covid-19 yang telah mengubah pola kehidupan, semakin pesatnya perkembangan teknologi digital terutama artificial intelligence, adanya situasi konflik peperangan, fluktuasi perekonomian dunia hingga karakteristik Gen Z yang memiliki tantangan tersendiri,’ ucap Presiden Direktur Garudafood, Hardianto Atmadja dalam keterangan tertulisnya, Jumat (23/6/2023).
Salah satu strategi Garudafood adalah open collaboration untuk menghasilkan produk-produk inovatif yang berkualitas secara lebih cepat untuk meningkatkan pertumbuhan perusahaan diantaranya dengan Hormel (Skippy peanut butter), Suntory (khusus produk minuman non-alkohol), Falcon (Produk Dilan), General Mills (produk Garuda O’Corn) serta Barry Callebaut salah satu produsen coklat dan kakao terbesar di Asia Pasifik.
Agar menjadi bisnis yang berkelanjutan, Garudafood juga menerapkan Holistic Strategic Model dengan memperhatikan tiga hal. Pertama, Best Brand; menambah kekuatan merek-merek perusahaan. Kedua Best Value; ini terkait produk dan harga. Ketiga, Best Network, jaringan distribusi yang kuat baik domestik maupun ekspor.
"Kami juga melakukan transformasi teknologi dan digitalisasi dalam proses bisnis yang bertujuan untuk meningkatkan efisiensi dalam setiap lini usaha Perusahaan. Kami menyempurnakan sistem penjualan Sales Application Mobile (SAM), melakukan integrasi sistem Manufacturing Mobile Application (MMA) dengan Enterprise Resources Planning (ERP), memperkuat implementasi teknologi Industri 4.0 dan turunannya seperti IOT dan Connectivity untuk memenuhi kebutuhan konsumen dan meningkatkan daya kompetitif.,’ ujar Hardianto.
Tidak hanya itu, dalam rangka penerapan praktik strategi keberlanjutan, Garudafood saat ini tengah mengembangkan green innitiatives yang fokus pada pengurangan penggunaan energi dan emisi serta menjalankan program energi terbarukan (renewable energy) di antaranya instalasi pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) dan bio massa serta mulai menginisiasi penggunaan kendaraan listrik di unit operasional bisnis.
Selain itu Garudafood juga melakukan pengurangan penggunaan kertas dan air dalam seluruh kegiatan operasionalnya. Inisiatif strategis tersebut dilakukan dalam rangka memberikan nilai tambah bagi para pemangku kepentingan dan mengurangi emisi karbon sebagai dampak dari operasional bisnis.
Di samping itu, penggunaan material ramah lingkungan dengan menerapkan prinsip 3R (reduce, recycle dan return to earth) juga telah diterapkan sebagai upaya Garudafood dalam mengurangi limbah plastik dari produk yang dihasilkan. (*)
Editor : Abdul Basir