BANDUNG, iNewsBandungRaya.id - Sekretaris Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Bandung, Sony Adam menyatakan, penyakit infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) di Kota Bandung tidak ada kecenderungan untuk naik. Hal itu berdasarkan dari data kesehatan 6 bulan yang lalu hingga saat ini.
Kendati demikian, pihaknya tetap mewaspadai kemungkinan adanya lonjakan kasus akibat polusi udara. Mengingat, saat ini kualitas udara Kota Bandung berada di ambang batas sedang menuju ke arah tidak sehat.
"Ini sesuai dengan level yang masih bisa diterima manusia. Namun demikian, kita harus waspada karena jika naik satu level lagi, ini akan ada pada kondisi yang tidak sehat," ucap Sony, Kamis (24/8/2023).
Menurutnya, ada beberapa langkah yang bisa diterapkan untuk mengurangi polusi udara di antaranya kurangi berkendara pribadi. Selain itu, bisa juga dengan menanam pohon.
Ia menambahkan, dinas terkait pun terus memantau kadar emisi kendaraan sehingga kalau tinggi akan ada rekomendasi yang diberikan.
"Secara individu bisa ditangani dengan memakai masker, menutup saluran pernapasan dengan sapu tangan atau masker manakala ada polusi yang mendadak tinggi," katanya.
Jika seseorang terpapar udara tercemar, kata Sony, respon pertama yang akan terjadi adalah batuk atau bersin. Ada pula yang matanya menjadi merah. Kemudian pada beberapa individu ada yang mengalami iritasi kulit.
"Tapi yang paling sering itu batuk dan bersin karena memang bagian dari mekanisme pertahanan tubuh," jelasnya.
Berbicara mengenai dampak dari pencemaran udara, Sony mengaku jika derajat kesehatan individu seseorang itu dipengaruhi oleh empat faktor. Pertama karena lingkungannya, termasuk dalam hal ini adalah polusi udara. Kedua, perilaku manusia.
"Faktor ketiga adalah pelayanan kesehatan. Lalu faktor keempat adalah genetika. Lingkungan berpengaruh 45 persen, perilaku manusia 30 persen, pelayanan kesehatan 20 persen, dan genetika 5 persen," tandasnya.
Editor : Rizal Fadillah