"Kami berterima kasih terhadap Pemerintah Kabupaten Pangandaran melalui Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihannya telah menginisiasi program Pengendalian Kerusakan dan Pemeliharaan Ekosistem Lahan Basah yang melibatkan mitra strategis seperti kelompok tani, kelompok nelayan, akademisi, tokoh masyarakat, TNI, dan pihak swasta dalam upaya penanaman dan pemeliharaan mangrove di wilayah ini,” ujarnya.
Belajar dari tsunami Pangandaran 2006, konservasi mangroves terus digalakan. Akar mangrove yang kuat dapat berfungsi sebagai penghalang alami yang dapat menyerap dan mengurangi energi gelombang tsunami. Selain itu seiring pengembangan Pangandaran sebagai tempat wisata, dengan ekosistem yang indah dan ekologi yang unik mangrove juga memberikan manfaat ekonomi bagi masyarakat setempat.
Dengan berbagai manfaatnya tersebut, tidak heran bahwa minat masyarakat termasuk mahasiswa dan pelajar untuk melakukan penelitian dan studi kasus mengenai mangrove dan ekosistem sekitarnya semakin meningkat. Beruntung, Kelompok Tani Mangrove Berkah Anugrah Bojongsalawe mengambil inisiatif untuk mendirikan Balai Konservasi Mangrove. Balai ini akan menjadi pusat edukasi dan pemahaman bagi masyarakat mengenai pentingnya ekosistem hutan mangrove.
“Danamon dengan antusias menyambut inisiatif ini karena sejalan dengan program Tanggung Jawab Sosial Perusahaan yang kami jalankan. Edukasi ini juga merupakan langkah strategis dalam menjaga lingkungan dan mendukung pengembangan serta pemberdayaan masyarakat,” jelas Pinastika.
Dengan inisiatif penanaman mangrove dan pembangunan balai konservasi ini, Danamon berharap, bersama mitra-mitra strategis Danamon, dapat terus mengambil langkah aktif dalam menjaga keberlanjutan lingkungan serta melindungi kehidupan khususnya di sekitar Teluk Pangandaran. (*)
Editor : Abdul Basir