get app
inews
Aa Text
Read Next : Nama Ambu Anne Disebut dalam Sidang Kasus Korupsi Bantuan Tunai Covid Purwakarta

Pakar Ekonomi UI Sebut Bansos Dibutuhkan Rakyat, Harus Disediakan Negara

Kamis, 21 Desember 2023 | 18:13 WIB
header img
Bansos dibutuhkan rakyat karena itu ndgara hadus menyediakannya. (FOTO: DOK)

JAKARTA, INEWSBANDUNGRAYA –Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (UI) Teguh Dartanto menyatakan, bantuan sosial (bansos) baik tunai maupun non-tunai, dibutuhkan rakyat. Karena itu, bansos kebijakan yang mutlak harus disediakan negara untuk rakyat.

Bahkan, kata Teguh Dartanto, pemerintah sebaiknya menambah alokasi nilai anggaran bansos dengan catatan ada strategi distribusi dan pengentasan kemiskinan lebih terstruktur.

Teguh Dartanto mengatakan, pemberian bansos bukan kebijakan yang identik dengan negara berkembang. Justru banyak negara maju yang menjadikan bansos sebagai strategi perlindungan sosial.

“Bansos tetap diperlukan karena itu bagian dari upaya pemerintah untuk melindungi masyarakat kelompok bawah. Kalau itu dihilangkan, justru akan berbahaya, karena menyangkut nasib banyak orang.

Jadi perdebatannya bukan pada dibutuhkan atau tidak, tapi perlu ada perbaikan dari sisi penerimaan dan strateginya harus lebih clear,” kata Teguh Dartanto, Kamis (21/12/2023).

“Di negara maju, seperti Amerika Serikat dan Jepang, bansos pun masih ada. Malah lebih komprehensif. Semua negara di dunia pasti punya bansos,” ujar akdemisi yang menggeluti ilmu ekonomi dan pembangunan ini.

Teguh Dartanto mengusulkan dua strategi supaya pemberian bansos lebih efektif di Indonesia. Pertama, pemerintah harus memiliki strategi graduasi atau memikirkan bagaimana para penerima bansos bisa naik kelas.

Strategi pertama, tutur alumnilus S3 Nagoya University itu menyoroti dua jenis bantuan yang telah disediakan pemerintah, yaitu, bantuan yang sifatnya untuk bertahan hidup seperti bantuan langsung tunai (BLT) atau pemberian sembako, serta bantuan produktif seperti Kartu Indonesia Pintar (KIP) dan Kartu Indonesia Sehat (KIS).

“Dari sisi penerima, perlu dipertegas supaya orang yang menerima bansos bisa naik kelas. Mereka harus dibantu agar tidak menerima bansos lagi. Itu yang harus clear. Untuk bantuan produktif, seperti KIP untuk masa depan atau KIS, itu nilainya masih kurang,” tutur Teguh Dartanto.

Kedua adalah adaptive social protection atau pemberian bantuan berbasis kebutuhan. Strategi ini sudah diterapkan di banyak negara maju, yang memungkinkan masyarakat menerima bansos setelah mendaftarkan diri.

Teguh berharap Indonesia bisa mengadopsi strategi tersebut, karena pemberian bansos saat ini masih menerapkan pendekatan top down, yaitu negara menentukan siapa yang layak atau tidak layak meneriman bantuan.

“Misalnya, ada orang yang tiba-tiba kena PHK dan penghasilannya langsung drop. Mereka kan perlu bantuan. Dengan sistem yang sekarang, mereka tidak bisa menyatakan kalau saya butuh bansos. Dengan cara on demand application, mereka yang butuh bansos boleh mendaftarkan diri,” kata ekonom yang menamatkan studi master di Hitotsubashi University itu.

“Isunya saat ini kan pemutakhiran data yang tidak cepat. Mungkin bisa 3-4 bulan baru dapat bansos, jadi prosesnya kelamaan. Memang perlu dibuat sistem yang seketika mereka butuh bantuan, tinggal aplikasi, mereka bisa segera dibantu. Itu kalau misal kita mau meniru pemberian bansos negara maju,” ucap Teguh Dartanto.

Terlepas dari kekurangannya, Teguh mengapresiasi bansos dalam bentuk Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT) yang diluncurkan sejak 2017. Menurut dia, BPNT menjawab persoalan klasik terkait apakah lebih baik memberikan bansos dalam bentuk uang atau sembako.

“Secara teori, bansos idealnya memang uang tunai. Tapi, ada kekhawatiran kalau penggunannya tidak tepat sasaran, misal dibelikan rokok. Kalau diberikan beras misalnya, ada kekhawatiran jumlahnya berkurang saat sampai ke penerima. Belum lagi persoalan distribusi di Indonesia yang mahal dan kualitasnya menurun ketika sampai di daerah,” ujar pria kelahiran Pati ini.

“Jadi BPNT itu inovasi yang sangat baik. Uang ditransfer ke dalam kartu dan kartunya bisa dibelanjakan untuk barang tertentu. Itu juga bisa menghidupi warung-warung kelontong. Jadi BPNT itu sudah ideal menurut saya untuk Indonesia,” tutur Teguh Dartanto.

Editor : Ude D Gunadi

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut