“Ada kandidat yang pakai analogi slepat slepet, itu kan tidak relevan. Ada juga yang menolak IKN tapi ingin membangun 40 kota, itu tidak make sense, kontradiktif pula. Mas Gibran mampu menyampaikan poin-pinnya dengan sangat clear dan kelihatan punya program yang realistis,” tutur Anggawira, yang juga Ketua Umum Relawan Pengusaha Nasional ini.
Hal kedua yang disoroti oleh Sekjen Himpunan Pengusaha Muda (HIPMI) periode 2022-2025 itu adalah, adab Gibran. Dari segi usia, Gibran adalah yang termuda, tapi dia mampu memperlihatkan rasa hormat kepada kandidat lain dengan panggilan Gus Muhaimin dan Prof Mahfud.
Pada sesi penutup, alih-alih mengutarakan janji politik, Gibran justru memanfaatkan momen itu untuk berterima kasih dan menunjukkan rasa hormat kepada pasangan lainnya.
Tak ketinggalan seruan kepada anak muda untuk terlibat aktif dalam Pemilu 2024, kemudian diakhiri dengan ucapan Selamat Natal dan Tahun Baru.
“Selesai debat, Mas Gibran menunjukkan sisi orang Jawa-nya, dengan memberikan salam, hormat, dan apresiasi. Dia merasa bangga bisa berdiri di tengah paslon yang lebih senior dan kawakan. Itu menunjukkan kematangan Mas Gibran, tanpa kehilangan jati dirinya,” ucap Anggawira.
Ihwal debat cawapres pada sesi kedua, Anggawira berharap Gibran bisa mempertahankan karakter apa adanya, yang merupakan ciri-ciri anak muda.
Editor : Ude D Gunadi