BANDUNG,Inews Bandungraya.Id - Indonesia adalah negara demokrasi terbesar ketiga di dunia yang akan menyelenggarakan Pemilihan Umum (Pemilu) pada tanggal 14 Februari 2024.
Kementerian Dalam Negeri melaporkan ada sebanyak 204 juta pemilih terdaftar di KPU untuk memilih Presiden dan Wakil Presiden, anggota DPR RI, DPR Provinsi, DPR Kabupaten/Kota, dan DPD.
Berdasarkan data jumlah pemilih, hasil Pemilu 2024 ditentukan oleh sejumlah faktor yang berbeda dari sebelumnya. Salah satunya dividen demografi, karena jutaan Gen Z dan Milenial akan memilih, yakni mencapai 54% dari total pemilih.
Namun banyak orang yang berpikir bahwa hanya dengan slogan yang menarik, kemasan bagus dan setumpuk uang dapat memenangkan Pemilu. Benar untuk memenangkan Pemilu memerlukan semua itu, tapi harus berdasarkan Message (gagasan) yang kuat.
Meskipun uang banyak belum menjamin jadi pemenang, namun uang dibutuhkan untuk mendapatkan kemenangan dalam proses Pemilu. Message yang kuat dibantu dengan media yang tepat, tetap membuka peluang untuk mendapatkan kemenangan.
Terlebih Gen Z-Milenial adalah kelompok yang idealis, kritis dan bebas, oleh karena itu agar dipilih kandidat harus memiliki gagasan yang kuat dan bersemangat. Untuk “merebut hati” Gen Z-Milenial, kandidat perlu memahami dan memilih gagasan yang diminati, karena akan mempengaruhi pilihan mereka.
Untuk memenangkan Gen Z dan Milenial kandidat perlu fokus pada isu-isu yang diminati karena akan mempengaruhi pilihan mereka. Seperti platform TikTok dan Instagram akhir-akhir ini telah menjadi pusat perhatian menggantikan Twitter dan Facebook yang popular di pemilihan sebelumnya.
Kandidat yang memanfaatkan platform ini secara maksimal berpotensi memperoleh keuntungan yang signifikan. Sementara itu usai Pemilu 2024 dapat dipastikan akan banyak kandidat yang gagal meraup suara terbanyak, sehingga bukan tidak mungkin mereka frustasi dan stres.
Hampir dapat dipastikan akan banyak kandidat yang frustasi dan stres karena gagal meraup suara terbanyak. Menurut data KPU RI untuk calon anggota DPR RI saja ada 9.917 orang, sedang kursi DPR RI hanya 580, sehingga angka kegagalannya sebesar 94,2%. Artinya ada 342.792 kandidat yang berisiko untuk mengalami stres.
Keadaan stres tersebut dapat terjadi karena adanya perbedaan antara harapan dengan realitas. Stres tidak hanya akan dirasakan oleh kandidat yang gagal saja, tetapi juga para pendukung dan masyarakat. Stres yang tidak dikelola dengan baik menimbulkan kecemasan dan depres, selain itu juga berisiko untuk menderita penyakit serius seperti insomnia, serangan jantung koroner atau stroke.
Berkaca dari hal tersebut, Ruang Empati menggelar webinar bertemakan "Gen Z dan Melinial Penentu Kemenangan dan Mengelola Stres Setelah Pemilu", Sabtu 13 Januari 2024. Webinar diikuti oleh sejumlah pakar seperti Dr Teddy Hidayat SpKJ (k) sebagai Founder Ruang Empati.
Kemudian hadir juga Dr Shelly Iskandar SpKJ (k) sp.akp, msih, phd; Dr Zulfitriani SpKJ; Dr Anna Amaliana SpKJ; dr. Meutia laksmininingrum. SpKJ; dr. Indah Kusuma Dewi SpKJ, dan dr. Vivi Bagja Pradja SpKJ.
Ruang Empati adalah kelompok seminar di bidang kesehatan mental. Berdiri sejak tahun 2020 dengan tujuan membantu meningkatkan taraf kesehatan mental masyarakat melalui upaya promosi, prevensi dan psikoedukasi yang berkualitas. Serta didukung oleh tenaga ahli profesional di bidang kesehatan mental.
Founder Ruang Empati Dr Teddy Hidayat SpKJ (k) menyebutkan, dampak stres selain menyebabkan gangguan cemas dan depresi, juga penyakit serius seperti penyakit jantung koroner atau stroke. Oleh karena itu pencegahan menjadi penting.
Tanda-tanda stres umumnya diawali insomnia, kehilangan minat, tidak bahagia, sedih, sakit kepala, sakit lambung, pundak tegang, jantung berdebar, mudah tersinggung dan marah serta sering berdebat.
Seorang usia 25 - 65 tahun dengan tekanan darah tinggi dan stres, bila disertai insomnia maka risiko untuk mendapat serangan jantung menjadi tiga kali lebih tinggi. Skrining stres (cemas dan depresi) penting agar pengelolaan dapat segera dilakukan. Metode skrining yang disarankan dengan alat SRQ (Self Rating Questioner) secara online.
Mengelola stres pada dasarnya adalah pengambilan keputusan. Tersedia tiga cara utama untuk mengatasi stres Alter it, yaitu dengan mengatasi segala masalah dan rintangan (fight). Misal elektabilitas kurang, maka harus bekerja lebih keras untuk meningkatkan elektabilitas. Avoid it, yaitu menghindari situsasi atau kondisi yang menyebabkan stres, misal menyadari keterbatasan (limitation), menentukan prioritas (priority), mendelegasikan pada orang lain (delegated) atau menolak (say no).
Accept by, yaitu dengan meningkatkan daya tahan atau toleransi terhadap stres dengan olahraga teratur, diet, dan relaksasi. Bila mulai mengeluh sulit tidur disertai tanda-tanda stres lain atau Skor SRQ lebih dari 5 (tinggi), segera menghubungi fasilitas kesehatan terdekat untuk klarifikasi.
Demikian pula bila ada keluhan seperti tekanan darah naik, nyeri dada atau vertigo segera meminta bantuan ke fasilitas kesehatan terdekat untuk pemeriksaan medik dan laboratorium untuk ditanggulangi.
Upaya pencegahan dapat dilakukan dengan menerapkan pola hidup sehat (priciples of health diet, recreation, sport, work rest/sleep), mengatur waktu untuk bekerja, aktifitas di luar, bersama keluarga dan diri sendiri. Serta merubah merubah persepsi (changing our perception), karena stres itu adanya dalam pikiran dan untuk mengatasinya dapat dengan merubah persepsi atau memandang dari sudut yang terang.
"Jika tidak bisa menghilangkan penyebabnya, coba mengobati dampaknya. Berpikir positif dan mengalihkan perhatian pada kegiatan yang disukai seperti seni, olah raga atau menulis, jalin komunikasi untuk mengatasi kebosanan kesepian Relaksasi, mendengarkan musik, nonton film, perawatan diri, makanan sehat dapat memperbaiki suasana hati, tidur dengan jadwal tetap dan matikan TV, menolong orang lain, kelola stres jadi motivasi," sebutnya. (*)
Editor : Rizki Maulana