BANDUNG, iNewsBandungRaya.id - Anies Baswedan menghadiri sidang doktoral di Universitas Padjadjaran (Unpad) Jatinangor, Senin (19/2/2024). Namun kehadirannya bukan untuk promosi doktor, melainkan menjadi subjek penelitian dalam disertasi program Doktor Ilmu Komunikasi Unpad yang disusun Ramadhan Pohan.
Selain Anies Baswedan, sidang yang berlangsung di Gedung Pascasarjana Fikom Unpad itu, juga dihadiri Fery Farhat Ganis, Refli Harun, Ahmad Heryawan dan Netty Prasetyani hingga ketua DPW NasDem Jabar, Saan Mustopa.
Sidang Promosi tersebut diketuai Prof. Dr. Atwar Bajari dan Sekretaris Sidang Dr. Dadang Sugiana. Ketua Promotor yakni Dr. Dadang Rahmat Hidayat; Anggota Promotor, Prof. Deddy Mulyana dan Dr. Edwin Rizal. Sedangkan Open Ahli/Penguji yakni Prof Dr Suwandi Sumartias; Prof. Dr. Lely Arianne dan Dr. Hanny Hafiar.
Penelitian Ramadhan Pohan berjudul ‘Transformasi Identitas Anies Baswedan dari Akademisi ke Politisi’ pun dinyatakan lulus dengan yudisium sangat memuaskan. Mantan kader Partai Demokrat itu memulai Pendidikan S3 di Unpad pada tahun 2016 lalu.
Menanggapi disertasi tersebut, Anies Baswedan mengatakan, jika semua yang dikerjakan oleh kita adalah sebuah pembelajaran. Dalam konteks indentitas, dirinya selalu menekankan kepada mahasiswa agar terbiasa dengan identitas yang banyak dan bisa menjalankannya peran dengan baik.
“Saya sering menyampaikan kepada mahasiswa, biasakanlah dengan identitas yang banyak. Di rumah, identitas saya sebagai anak dari jbu, saya suami, saya ayah, saya paman, kakak. Saat di luar rumah saya jadi warga. Kalau dideret ada 12 identitas yang dikerjakan bersamaan,” kata Anies.
“Saya melihat peran di politik, sebagai warga negara ada panggilan, saya bersedia. Benang merahnya. Yang kita kerjakan adalah proses pembelajaran. Mendidik adalah memimpin, meminpin adalah mendidik. Setiap pendidik adalah pemimpin begitupula sebaliknya. Saat Gubernur saya mendidik, dalam rapat ruang diskusi, bukan (sekadar) instruksi,” tambahnya.
Kawan Lama
Anies mengaku, bahwa dirinya mengenal Ramdhan Pohan sejak tahun 1998. Pertemuan pertama kali Anies dan Pohan berlangsung di Washington.
“Saya mengenal Ramadhan Pohan ini sudah 25 tahun lalu, sejak 98. Ketika itu beliau bertugas jadi Jurnalis di Washington, saat saya menimba ilmu disana,” kata Anies.
Anies pun merasa terhormat apa yang sudah dikerjakannya menjadi subjek penelitian dan berharap ada pelajaran dan hikmah yang bisa diambil oleh masyarakat luas.
“Terima kasih mudah-mudahan penelitian ini bermanfaat, terima kasih sudah diizinkan menjadi bahan. Mudah-mudahan menjadi pembelajaran bagi semua,” ujarnya.
Berikan Ide Penelitian Pola Komunikasi Soekarno
Dalam kesempatan itu, Anies menyebut bahwa komunikasi yang dilakukan oleh para pendiri bangsa sangat tinggi kepada masyarakat. Para pemimpin terdahulu adalah cendekiawan yang memilih berada di dalam sistem politik.
“Bung Karno, Bung Hatta, Sutan Sjahrir, Agus Salim, para pendiri bangsa Itu mereka cenedekiawan, ilmuwan yang memilih di politik. Kami merasa itu yang hilang (saat ini). Kami ingin mengembalikan pengambilan keputusan diambil oleh cendekiawan,” jelas Anies.
Selain itu, Anies juga berharap, Fikom Unpad kedepannya bisa melakukan kajian komunikasi tentang Presiden Soekarno.
“Barangkali bahasa bung Karno bukan bahasa sederhana, tinggi di jamannya. Beliau tidak menurunkan bahasa, dalam bahasa Inggris, Belanda. Karena memang kita seharusnya mengangkat vocab rakyat, kekayaan bahasa. Kekayaan diksi dalam proses politik. Itu akan menjadi baik. Ini upaya kami yang kami dorong berhadapan dengan kokunikasi maisntream yang sederhana,” tuturnya.
Idenya yang diajukan untuk Unpad meneliti pola komunikasi para pemimpin di era tahun 1945-1965 yang ia nilai banyak kaum intelektual. Mereka menguasai banyak bahasa, dan memiliki kekayaan kosakata di dalam berkomunikasi.
“Karena itu saya usulan untuk menjadi subjek penelitian, supaya bisa menjadi bahan bagaimana mereka berkomunikasi padahal di masa itu masyarakat kita masih belum terdidik seperti sekarang,” imbuhnya.
Konsisten Pada Visi Perubahan
Di sisi lain, Anies sebagai Capres 2024 yang diusung oleh Partai NasDem menegaskan sikapnya tetap tidak berubah pada visi perubahan. Ia pun yakin, komitmen yang sama masih dipegang oleh partai koalisi.
“Baik-baik saja dan tidak melihat ada perubahan sikap, sikap tetap konsisten berada di dalam koalisi perubahan dan itu saya memandang tidak ada prediksi apa apa,” tegasnya.
Terkait dengan pertemuan antara Presiden Joko Widodo (Jokowi) dan Surya Paloh, Anies memastikan komunikasinya dengan Surya Paloh masih terjaga dengan baik.
“Selalu komunikasi (dengan Surya Paloh) dan tidak ada pergeseran posisi, sama sekali tidak ada dan pertemuan itu sesuatu yang biasa-biasa saja. (Isi pembahasan antara Surya Paloh dan Joko Widodo) Itu tanyakan langsung,” imbuh Anies.
Fokus Mengungkap Kecurangan Pemilu
Anies mengatakan, hingga saat ini timya masih mengumpulkan dugaan kecurangan dalam proses penghitungan di Tempat Pemungutan Suara (TPS), termasuk sebelum pencoblosan.
“Kumpulkan semua kekurangan yang ada. Dan jangan fokus pada kekurangan yang terjadi di TPS tapi juga praktik-praktik terjadi sebelum sampai ke TPS. Apakah itu sifatnya pengerahan, apakah itu sifatnya penekanan, apakah sifatnya pemberian imbalan, sesuatu yang dikerjakan pra ke TPS. Ini yang justru jangan dilewatkan,” bebernya.
“Kalau yang di TPS saja tentu ada, tapi menurut saya yang seharusnya jadi perhatian peristiwa peristiwa yang sebelum masuk ke TPS. Itu yang seharusnya jadi perhatian,” sambungnya.
Menurutnya, upaya ini adalah bagian dari proses pembelajaran bagi semua pihak, termasuk kepada para penyelenggara Pemilu, baik KPU maupun Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) yang memiliki kekurangan dan kelebihan tersendiri.
Pihaknya juga membuka ruang bagi siapapun yang ingin memberikan koreksi, termasuk bekerja sama dengan tim hukum pasangan Ganjar-Mahfud.
“Semua yang ada laporkan saja. Saya tadi sampaikan Pemilu ada kelebihan dan ada kekurangan. Ada kelebihan kita syukuri, kekurangan kita koreksi. Dan kekurangan itu dikumpulkan saja sebagai bagian dari koreksi atas sistem ini. Supaya ke depan kita bisa lebih baik lagi," katanya.
“Saya rasa semua berkomunikasi, tim hukum (01 dan 03) yang leading sehingga mengumpulkan semua data-data, sehingga saya sampaikan seluruh masyarakat agar mengumpulkan yang dianggap apa-apa sebagai kekurangan, terutama sebelum terjadinya pencoblosan. Karena sebelum terjadi pencoblosan tidak pernah jadi perhatian padahal di situ lah perlu jadi salah satu perhatian utama,” lanjutnya.
Anies Terbuka
Sementara itu, Ramadhan Pohan berterima kasih kepada Anies dan semua pihak yang terlibat dalam proses penelitian yang dilakukannya. Kebaruan yang ditawarkan dalam disertasinya adalah subjeknya bukan komunal, namun individu.
Latar belakang Anies sebagai akademisi sangat berpengaruh saat terjun di dunia politik. Budaya diskusi dijalankan dengan baik, kritisi pun tidak dianggap sebagai serangan. Anies pun menjadi satu contoh bahwa tanpa partai politik bisa turut bersaing dalam Pilpres.
“Banyak terobosan politik, tidak tabu menerima kritisi. Anies sudah biasa dikritisi saat jadi Senat. Membawa komunikasi dengan forum debat terbuka, bisa menanyakan semua. Apa yang membawanya sampai ke tahap ini dimulai dengan gebrakan bernama Indonesia Mengajar,” jelasnya.
“Disertasi ini tidak akan selesai tanpa campur tangan tuhan dan orang-orang baik. Anies tingkat kesibukannya tinggi. Anies membebaskan saya wawancara dengan siapapun,” pungkasnya.
Editor : Rizal Fadillah