BANDUNG, iNewsBandungRaya.id - Pemilihan Umum (pemilu) 2024 telah dilaksanakan secara aman, dan lancar pada Rabu 14 Februari 2024. Jutaan masyarakat Indonesia telah memberikan hak suara untuk memilih Presiden dan Wakil Presiden, anggota DPR RI, anggota DPD RI, DPRD Provinsi dan DPRD Kabupaten/Kota.
Kini, masyarakat menunggu hasil perolehan suara dari pasangan Capres-Cawapres baik nomor urut 01, 02, maupun 03. Serta siapa tokoh tokoh yang duduk di DPR dan DPD RI.
Proses hitung cepat (quick count) beberapa lembaga survei, pasangan nomor urut 02 unggul dalam perolehan suara Pilpres 2024. Pasangan 02 Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka memimpin perolehan suara.
Disusul pasangan nomor urut 01 Anies Baswedan dan Muhaimin Iskandar, lalu pasangan 03 Ganjar Pranowo dan Mahfud MD.
Saat ini di media sosial (medsos) beredar informasi yang menyebabkan masyarakat terpolarisasi. Menyikapi masifnya informasi pascapelaksanaan Pemilu 2024 dan proses penghitungan suara Komisi Pemilihan Umum (KPU) masih terus dilakukan secara berjenjang dari tingkat TPS ke PPS (desa) lalu ke PPK (kecamatan) ke KPU kabupaten/kota, KPU provinsi, dan KPU pusat yang rencananya akan diputuskan dalam sidang pleno KPU pada 20 Maret 2024.
Pakar Psikologi Komunikasi Universitas Pasundan (Unpas) Bandung Dr Almadina Rakhmaniar SPsi MIKom CPS CDM menganggapi ramainya informasi pascapencoblosan di medsos saat ini. Dr Almadina menilai keingintahuan masyarakat mengenai negara sangat tinggi.
"Jadi saat ini, masyarakat banyak melihat apakah perubahan akan terjadi jika presidennya si A. Masyarakat khawatir dengan tokoh saat ini bisa menyejahterakan masyarakat atau tidak," kata Dr Almadina, Senin (19/2/2024).
Almadina menyatakan, saat ini situasi di medsos baik di platform TikTok, Instagram, Facebook, X, maupun YouTube mulai panas..Netizen saling membela pasangan capres-cawapres yang didukung.
"Saya melihat situasi ini harus ada relaksasi kepada masyarakat. Kita ambil filosofinya bertarung, jadi apapun yang terjadi kita siap bertarung dan hasilnya ada dua hal, yakni, menang atau kalah,. Yang menang harus membawa negara ini seperti apa," ujar Dr Almadina.
Sedangkan yang kalah, tutur Dr Almadina Rakhmaniar, harus legowo. "Jika calon presiden yang kalah harus legowo," tutur dia.
Dr Almadina melihat secara psikologi komunikasi, masyarakat saat ini harus kembali ke kehidupan masing-masing. "Jadi masyarakat harus melihat medsos sebagai bahan informasi dan jangan dijadikan pijakan. Masyarakat Indonesia harus kembali ke realistis kehidupan sehari-hari seperti apa," ucap Dr Almadina.
Dalam situasi fanatisme berlebihan pasca-Pilpres 2024 ini, Dr Almadina meminta masyarakat segera memulihkan secara mandiri agar tak terfokus pada pilpres di media sosial.
"Ya misalnya kembali menekuni hobi lama. Lalu melihat konten soal hobinya. Ini sebetulnya akan meredam. Terlalu berlebihan juga tidak baik, karena akan berdampak balik lagi ke diri sendiri, " ujarnya.
Menurut Dr Almadina, masyarakat saat ini sangat terbuka menilai situasi politik di negaranya karena era keterbukaan masif melalui medsos. "Nah ini ada dua kategori masyarakat, apakah sudah kuat secara mental menyikapi isu politik di media sosial, atau kesehatannya terganggu. Saya juga mengajak masyarakat Indonesia bahwa apa yang terjadi hari ini melalui media sosial khususnya masa pemilu," tutur dia.
"Kami melihat ini sebagai awal membangun bangsa. Kita harus bisa mengendalikan pikiran kita yang dilakukan oleh kita. Bukan tidak boleh memikirkan negara. Kita harus mengendalikan pikiran kita mau bagaimana. Kita mikir negara tetapi harus kembali ke kehidupan sehari-hari," ucap Dr Almadina.
Pakar Psikologi Komunikasi Universitas Pasundan ini juga memberi cara kepada masyarakat agar bisa kembali normal, pasca-Pilpres 2024 agar psikologi tetap terjaga.
"Kami terapi yang simple. Jadi setiap individiu merelaksasi diri ke hati dan pikiran. Lalu kalau pun harus konsultasi dengan ahli, cukup mencari teman bicara yang bisa menampung semua isi pembicaraan," ujarnya.
Editor : Ude D Gunadi