Dihadiri 41 Pegiat Lingkungan Hidup, Askara Nusantara Gelar Temu Komunitas Memori Leuwigajah

BANDUNG, iNewsBandungRaya.id - Askara Nusantara, sebuah program lingkungan hidup yang terbentuk dari ribuan donatur di aplikasi Kitabisa menginisiasi acara Temu Komunitas Memori Leuwigajah yang berlangsung di Bale Rancage Kabuci, Kota Cimahi, Rabu (21/2/2024).
Acara yang sekaligus memperingati Hari Peduli Sampah Nasional (HPSN) 2024 ini, dihadiri oleh lebih dari 200 orang yang berasal dari 41 perwakilan komunitas se-Bandung Raya, di antaranya unsur Komunitas, Lembaga Filantropi, Institusi Pendidikan dan media.
Dalam acara ini, seluruh perwakilan komunitas diajak untuk semakin memahami makna dan arti penting keterlibatan masyarakat dalam pengelolaan sampah berkelanjutan sebagai upaya mengurangi risiko terjadinya bencana akibat sampah yang tak terkelola dengan baik.
Setiap peserta juga wajib membawa botol minum dan wadah makan masing-masing. Hal ini sebagai bentuk perwujudan konsep acara minim sampah.
Acara ini diawali dengan pemutaran film karya Watchdoc Documentary yang bertemakan tentang sampah. Kemudian, Orasi “Darurat Sampah” yang disampaikan oleh WALHI Jabar. Lalu, ada deklarasi ‘Bijak Sampah’ yang diikuti oleh seluruh peserta sebagai komitmen untuk turut serta mengendalikan sampah di lingkungan masing-masing.
Setelah itu, ada acara Panggung Ekspresi Warga, yang membuka bagi setiap perwakilan komunitas yang ingin mengekspresikan kegundahannya dalam hal pengolahan sampah melalui puisi, deklamasi, monolog, dan ragam ekspresi seni pertunjukan lainnya.
Acara diakhiri dengan launching gerakan #BergerakMembumi dan pengenalan program SalingJaga Kitabisa, yang merupakan inisiatif baru yang digagas oleh Kitabisa sebagai upaya untuk menciptakan wadah kolaborasi gerakan kebaikan untuk lingkungan hidup dan untuk kesejahteraan masyarakat. Sesuai dengan tagline Askara Nusantara “Ramah Bumi, Ramah Manusia”.
Askara Nusantara Program Lead, Muhammad Nur Afif mengatakan, lewat acara ini pihaknya mengajak untuk merefleksikan peristiwa ledakan dan longsornya TPA Leuwigajah yang terjadi pada 21 Februari 2005 dengan memakan korban lebih dari 150 jiwa penduduk.
"Peristiwa itu menjadi pil pahit yang harus ditelan negeri ini akibat minimnya pengolahan dan intervensi terhadap sampah," ucap Afif dalam keterangannya.
Berdasarkan data Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) RI, timbulan sampah di Indonesia pada tahun 2023 mencapai lebih dari 17 juta ton yang dihasilkan dari 126 kota/kabupaten di Indonesia.
"Tentu angka ini bukanlah angka yang kecil," ujarnya.
Afif mengaku bersyukur dan bahagia, acara ini mendapat antusias yang begitu tinggi dari para pegiat lingkungan hidup.
"Kami meyakini masalah ini akan tuntas dengan semangat kolektivisme dan kolaborasi, sehingga bukan jadi kewajiban satu dua pihak saja. Tapi kita semua wajib ambil peran. Sesuai bidang dan kanal masing-masing," tandasnya.
Editor : Rizal Fadillah