BANDUNG, iNewsBandungRaya.id - Badan Geologi Pusat Survei Geologi memaparkan, terkait semburan lumpur yang kembali muncul di Dusun Sanggar, Desa Sidomulyo, Kecamatan Kedungadem, Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur. Semburan lumpur kali ini setinggi 30 cm hingga 50 cm.
Kepala Pusat Survei Geologi Badan Geologi, Edi Slameto mengatakan, pihaknya telah melakukan hipotesis awal mengenai semburan lumpur di bekas sumur bor Bojonegoro tersebut.
Edi menjelaskan, bahwa kondisi bawah permukaan area Bojonegoro-Mojokerto Zona Upper Pleistocene - Recent (sekitar 180 m) tersusun oleh batuan yang Unconsolidated berbutir halus dengan brightspot seismogram di beberapa tempat.
Menurutnya, hal tersebut menunjukkan potensi adanya akumulasi gas dangkal yang memungkinkan adanya zona bertekanan di atas normal.
Selain itu, formasi Unconsolidated berbutir halus tersebut cenderung menipis ke arah lokasi semburan lumpur di Bojonegoro, namun masih mungkin dijumpai bright spot yang memiliki tekanan di atas normal.
"Semburan lumpur kemungkinan diakibatkan oleh adanya local pocket gas dangkal biogenic pada Formasi Unconsolidated berbutir halus tersebut yang dapat terganggu kestabilan buoyancy force-nya akibat dari aktivitas manusia maupun alami seperti gempa," ucap Edi dalam keterangan resminya, Rabu (28/2/2024).
Kendati demikian, Edi mengungkapkan, jika hal tersebut merupakan hasil hipotesis sementara. Sebagai langkah tindak lanjut, pihaknya akan melakukan pengambilan sampel lumpur untuk analisis karakteristik fisik dan geologinya.
"Dengan tujuan untuk mengetahui umur endapan, serta formasi berasalnya semburan tersebut, sehingga dapat diketahui potensi dan karakteristik dari semburannya," katanya.
Edi mengatakan, pengambilan sampel air untuk mengetahui kandungannya sehingga dapat ditentukan apakah aman untuk masyarakat sekitar.
"Sampel air ini juga dapat menunjukkan asal formasi dari semburan apakah saline water formation atau fresh water formation," imbuhnya.
Edi menyebut, jika memungkinkan akan diambil sampel gas untuk analisa karakteristik kimia sehingga dapat ditentukan apakah gasnya termasuk dalam gas biogenic (dangkal) atau thermogenic (dalam).
"Survei geofisika sekitar lokasi semburan untuk mengetahui kondisi bawah permukaan untuk mitigasi kejadian serupa," tandasnya.
Editor : Zhafran Pramoedya