“Saat ini agaknya kita suka takut berbeda, segala hal harus sama dan seolah kalau berbeda tidak bisa berteman. Bukan orang Sunda tapi tinggal di Jawa Barat, merasa asing. Teman-teman pakai handphone merk A, kita pakai B jadi tidak nyaman,” terangnya.
“Bahkan yang cukup berat saat berbeda pilihan pilpres. Kayak jadi musuhan, padahal perbedaan suku, agama, selera hingga pilihan politik adalah bagian dari kedewasaan kita hidup berbhineka tunggal ika. Semua itu menunjukkan keberagaman dan kekhasan masing-masing, sehingga yang perlu ditinggikan adalah saling menghormati,” imbuhnya.
Tidak hanya itu, anggota Komisi X DPR RI ini kemudian juga menjelaskan salah satu tantangan eksternal kebangsaan berupa pengaruh globalisasi yang mengarah pada pertarungan ekonomi antar bangsa.
Ledia mencontohkan bagaimana China dan USA yang sedang berada dalam pertarungan dahsyat untuk menguasai pasar perdagangan dunia.
“Dengan penduduk lebih dari 270 juta jiwa Indonesia adalah pasar besar yang menggiurkan untuk disasar negara-negara . Maka kita perlu membuat regulasi untuk melindungi dan menjaga keadilan sosial bagi seluruh masyarakat Indonesia,” bebernya.
Editor : Rizal Fadillah