BANDUNG, iNewsBandungRaya.id - Gen Z menjadi pemilih terbesar di Pilkada Serentak 2024 pada 27 November 2024. Gen Z yang akrab dengan media sosial (medsos) dinilai berperan penting dalam menangkal hoaks dan polarisasi saat pesta demokrasi lima tahunan itu berlangsung.
Diketahui, ancaman hoaks mengkhawatirkan, dapat memecah belah masyarakat akibat berbeda pilihan.
Berbagai lembaga survei menyebutkan, penyebaran hoaks mulai meningkat saat memasuki tahun politik, seperti saat pelaksanaan Pilpres dan Pilleg 2024 pada Februari 2024 lalu.
Kondisi serupa diprediksi akan terjadi saat pelaksanaan Pilkada Serentak 2024 di seluruh provinsi, kabupaten, dan kota di Indonesia pada November 2024.
Untuk menangkal penyebaran hoaks yang begitu masif di berbagai platform media sosial, seluruh masyarakat dari berbagai latar belakang harus turut ambil peran.
Sosialisasi merupakan cara paling efektif saat ini untuk memberikan pemahaman kepada masyarakat, agar mereka tidak mudah terprovokasi hoaks atau berita bohong. Terlebih untuk anak-anak muda atau Gen Z. Mereka sangat dekat dengan medsos.
Dosen Ilmu Komunikasi Universitas Pasundan (Unpas) Bandung Tresia Wulandari mengatakan, sosialisasi untuk menangkal hoaks sangat penting diberikan kepada masyarakat, khususnya bagi Gen Z.
"Para pemilih pemula, kata Tresia, memiliki peran penting saat ini untuk menciptakan Pilkada Serentak 2024 penuh makna, berkualitas, dan damai," kata Tresia, Kamis (23/5/2024).
Dari hasil survei, ujar Tresia, saat ini generasi milenial dan Gen Z menjadi kelompok pemilih dengan proporsi terbesar di Pemilu 2024 dan Pilkada Serentak 2024.
"Pemilih pemula atau first time vooters memiliki peran penting dalam menciptakan pemilu penuh makna dan berkualitas. Survei menunjukkan generasi milenial dan Generasi Z menjadi kelompok pemilih dengan proporsi terbesar di Pemilu 2024," ujar Tresia.
Tresia menuturkan, di sisi lain, hoaks atau berita bohong menjadi ancaman bagi Gen Z lantaran di usia masih muda tingkat kelabilan mereka tinggi.
Hoaks, tutur Tresia, dapat menyebabkan kelompok muda itu apatis atau dimanfaatkan oleh segelintir kelompok demi kepentingan politik.
"Sayangnya Gen Z mudah dipengaruhi oleh kepentingan politik dan kelompok tertentu. Itu terjadi karena kurang pemahaman tentang politik. Bahkan bisa menyebabkan Gen Z apatis," tutur dia.
Selain sosialisasi terkait bahaya hoaks, kata Tresia, literasi politik juga sangat penting. "Fenomena tersebut sangat erat kaitannya dengan penggunaan media massa yang mudah dimasuki berita bohong (hoaks). Karena itu, sangat penting sosialisasi penangkalan hoaks. Ssalah satunya literasi politik melalui FGD dan pembelajaran politik tanpa melibatkan kepentingan politik salah satu pihak," ucap Tresia.
Tresia menyatakan, jika dibiarkan, hoaks bermuatan politis bisa menjadi sumber perpecahan di masyarakat. Karena itu, Tresia menghimbau siapa pun yang mendapatkan informasi dari medsos, jangan mudah percaya sebelum melakukan kroscek kepada sumber-sumber terpercaya.
"Hoaks bersifat politis berpotensi menjadi sumber perpecahan, menimbulkan kekacauan di tengah-tengah masyarakat. Di era digital seperti saat ini, masyarakat bisa memanfaatkan kanal resmi dari Kominfo untuk mengecek kebenaran berita," ujar perempuan yang pernah menjadi presenter TV swasta di Jabar ini.
Tresia mengajak seluruh masyarakat agar untuk menyaring seluruh informasi sebelum melakukan sharing atau membagikannya.
"Mari saring sebelum sharing untuk menjadi pemilih cerdas guna menciptakan iklim pesta demokrasi yang menyenangkan dan berkualitas dalam menyambut Pilkada serentak 2024 bulan November mendatang," tutur dia.
Editor : Ude D Gunadi