BANDUNG, iNewsBandungRaya.id - Sebanyak tujuh gunung api tercatat mengalami erupsi yang terjadi sejak Januari 2024. Ketujuh gunung itu di antaranya Gunung Merapi, Gunung Semeru, Gunung Ruang, Gunung Ibu, Gunung Marapi, Gunung Lewotobi Laki Laki dan Gunung Ili Lewotolok.
Kepala Badan Geologi, Muhammad Wafid mengatakan, letusan atau erupsi gunung api dan gempa tektonik merupakan dua aktivitas yang berbeda. Meski begitu, keduanya bisa saja saling mempengaruhi.
"Bahwa memang kalau dilihat kejadian gempa bumi di beberapa lokasi kemudian di samping itu juga ada aktivitas gunung api itu secara bersamaan atau beriringan itu sebenarnya ada kegiatan yang berbeda," ucap Wafid dalam Konferensi Pers 'Rangkaian Erupsi Gunung Api Sumatera-Sulawesi-Maluku-Nusa Tenggara Sejak Januari 2024', Kamis (6/6/2024).
Wafid mengungkapkan, awal terbentuknya gunung api itu melalui proses-proses tektonik diawalnya. Namun, saat terbangunnya gunung api itu selanjutnya sesuai dengan karakteristik yang terjadi di masing-masing gunung.
"Bagaimana aktivitas kedalaman dari dapur magma, kemudian keenceran dari magma itu sendiri, kemudian terjadinya proses proses internal di magma itu sendiri yang menekan ke atas itu dibedakan dengan proses proses gempa tektonik yang terjadi," jelasnya.
Sehingga, erupsi gunung api hanya dapat dipicu oleh gempa tektonik jika gunung api tersebut dalam kondisi sudah siap meletus.
"Jadi, tidak secara langsung gempa tektonik itu mempengaruhi aktivitas gunung api," imbuhnya.
Senada dengan Wafid, Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi, Hendra Gunawan mengatakan, peristiwa gempa tektonik tidak secara langsung mempengaruhi terhadap erupsi gunung api.
"Bahwa betul tidak secara langsung ada pengaruh dari gempa tektonik terhadap erupsi gunung api," ujar Hendra.
Oleh karena itu, modernisasi peralatan juga penting dilakukan untuk mengetahui lokasi gempa tektonik lebih akurat.
"Kita sedang ada modernisasi peralatan, melengkapi sehingga kedepan kita bisa lebih akurat melokalisir gempa tektonik lokal itu tepatnya di sebalah mana," ungkapnya.
Sebab menurutnya, tanpa adanya modernisasi peralatan, pihaknya cukup kesulitan untuk mencari titik lokasi gempa tektonik itu terjadi.
"Karena kadang-kadang kalau kita kurang didukung oleh peralatan yang lebih lengkap lagi sehingga kita belum bisa menentukan lokasi gempa tektonik lokal yang lebih akurat." imbuhnya.
"Bisa saja juga itu dimaksud dengan gempa tektonik lokal yang khususnya berada di bawah gunung itu mungkin sebenarnya gempa vulkanik dalam dengan kedalaman 15 Km, tapi itu yang kedepan akan terus kita perbaiki hal seperti," tandasnya.
Editor : Rizal Fadillah