BANDUNG,iNews BandungRaya.id - Pihak kampus Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah (STIT) Muhammad Mardiyana angkat bicara terkait munculnya polemik pelaksanaan wisuda yang digelar di Hotel Horizon Bandung, Rabu (3/7/2024).
Saat itu pelaksanaan wisuda dikeluhkan sejumlah mahasiswa karena harus mengeluarkan biaya dengan besaran yang berbeda-beda. Selain itu perkuliahan yang dilakukan online membuat mahasiswa juga tidak tahu keberadaan kampusnya.
Terkait hal itu, Ketua STIT Muhammad Mardiyana, Ii Sumantri menjelaskan, wisuda yang dilaksanakan pada Rabu (3/7/2024) merupakan mahasiswa angkatan 2018, 2019, dan sebagian angkatan 2020.
Mahasiswa ketiga angkatan tersebut berkuliah pada saat pandemi COVID-19 sehingga dilakukan secara online.
"Perkuliahan banyak dilakukan secara online karena kondisinya sedang pandemi COVID-19," kata Ii kepada wartawan, Rabu (10/7/2024).
Begitupun mengenai biaya wisuda, Ii menyebutkan pihak kampus telah menetapkan, biaya wisuda hanya sebesar Rp1.750.000.
Sehingga ketika ada yang minta lebih dari itu bahkan sampai meminta Rp3 juta, hal itu merupakan perbuatan oknum yang tidak bertanggungjawab dan di luar kewenangan kampus.
"Biaya wisuda yang resmi dikeluarkan pihak kampus sesuai dengan surat edaran yakni, Rp1.750.000. Kalau ada yang minta lebih dari itu bahkan sampai Rp3 juta, itu merupakan perbuatan oknum dan di luar pengetahuan panitia," tuturnya.
Saat ini pihak panitia pelaksana wisuda sedang melakukan pelacakan terkait permasalahan biaya yang di luar dari seharusnya sebagaimana yang dituangkan dalam surat edaran. Mengingat biaya wisuda tidak dibeda-bedakan, sebab dikirim melalui surat edaran resmi STIT Muhammad Mardiyana.
Mengenai lama masa perkuliahan, dia menegaskan bahwa isu perkuliahan ada yang satu tahun, dua tahun, tiga tahun, merupakan kabar bohong. Aturan kampus STIT Muhammad Mardiyana sama, tetapi untuk masalah bimbingan skripsi pelaksanaanya tergantung dosen pembimbing.
Contohnya, ketika ada mahasiswa yang baru enam bulan sudah ikut wisuda, itu ada yang memang alih kelola, termasuk STIT Mardiyana yang baru enam bulan. Sementara STIT AT-TAQWA mungkin baru satu tahun. Alih kelola itu mencakup mahasiswa dan dosennya, hanya infrastruktur yang tidak.
"Makanya ketika masuk ke kampus ini, itu ada mahasiswa yang semester delapan, ada yang semester enam. Kenapa langsung sidang? Karena sudah semester delapan. Ada yang di STIT AT-TAQWA sudah lulus tapi belum wisuda, sehingga diwisudakan oleh kita," jelas Ii.
Lebih lanjut Ii mengatakan, dulu STIT AT-TAQWA tempatnya di Gegerkalong Bandung di bawah Yayasan KPAD kemudian sekarang dialihkelolakan ke Yayasan Harmoni yang tempatnya berada di Rancaekek, Kabupaten Bandung.
Mengenai jumlah wisudawan pada acara wisuda Rabu (3/7/2024), Ii menyebutkan, terdapat 320 wisudawan dari dua kampus. Yakni kampus STIT Muhammad Mardiyana dan STIT AT-TAQWA dari angkatan 2018.
"Untuk yang dari STIT AT-TAQWA sebanyak 220 mahasiswa dan sisanya dari Mardiyanana," pungkasnya.
Diberitakan sebelumnya, beberapa wisudawan mengaku membayar untuk acara wisuda dengan nilai bervariasi. Mulai dari yang ditetapkan pihak perguruan tinggi sebesar Rp1.750.00 hingga beberapa di antaranya membayar Rp3 juta. Bahkan, peserta yang ikut wisuda ada yang mengaku mengikuti perkuliahan hanya dalam waktu dua semester. (*)
Editor : Rizki Maulana