Sherlita menyatakan, angka literasi digital tersebut semakin diperkuat dengan masih tingginya angka masyarakat yang tidak mampu membedakan mana berita bohong dan bukan.
Pada 2021, ujar Sherlita, persentase pertumbuhan hoaks mencapai 22,7 persen. Angka tersebut terus bertambah di tahun 2022 menjadi 32,2 persen dan pada 2023 menjadi 55,5 persen.
"Salah satu momen yang memicu tumbuhnya hoaks adalah saat Pemilu. Oleh karena itu, harus benar-benar diantisipasi," ujarnya.
Kabid Informasi dan Komunikasi Publik (IKP) Diskominfo Jatim Putut Darmawan mengatakan, kegiatan ini bertujuan untuk mendongkrak partisipasi masyarakat pada Pilkada Serentak 2024.
Terutama, kata Putut, menggugah atensi dan minat generasi milenial bahwa Pemilu itu asyik. Sehingga tidak golput dan mau menyalurkan hak politik yang dimilikinya.
Selain itu, meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap hoaks atau berita bohong yang tumbuh subur selama rangkaian pilkada.
"Kami berharap, masyarakat mampu mengidentifikasi ciri-ciri berita bohong atau hoaks, maupun berita valid," kata Putut.
Editor : Ude D Gunadi