Jalan menuju lokasi pun, ujar Sugiri, kini sangat memprihatinkan. Apalagi saat hujan turun, jalan menuju TPU Cikadut becek dan berlubang.
"Kondisi ini pun sudah kami sampaikan ke DPRD dan pemerintah (Pemkot Bandung). Ternyata, tanah Cikadut ini terbagi dua kepemilikan, yaitu, milik Pemkot Bandung dan Pemkab Bandung," ujar Sugiri.
Sampai saat ini, tutur dia, belum ada langkah nyata dari Pemkot dan Pemkab Bandung untuk memperbaiki kondisi di cagar budaya tersebut.
Sugiri berharap ada peran pemerintah agar heritage permakaman Cikadut bisa diselamatkan. Termasuk membatalkan pembuatan tempat pembuangan sampah sementara (TPS) di lahan makam.
"Khawatir nantinya hilir mudik kendaraan sampah yang besar-besar akan memperparah kondisi jalan di sana," tutur Sugiri.
Pembina Komunitas Aleut Ridwan Hutagalung mengatakan, sejak 2006, Komunitas Aleut rutin berkunjung ke TPU Cikadut. Ini karena di sana ada beberapa tokoh etnis Tionghoa berjasa bagi Kota Bandung.
"Semisal Letnan Tan Joen Liong, letnan terakhir Tionghoa di Kota Bandung. Selain itu, ada pula makam di belakang makam white garden. Uniknya, tulisan di makam white garden tersebut menggunakan Bahasa Armenia," kata Ridwan.
Editor : Ude D Gunadi