Kapten Harun Kabir memimpin sejumlah pasukan gerilya. Dia meledakkan berbagai objek vital untuk melawan Belanda. Dari Bogor, Harun Kabir dan keluarganya menyingkir ke Sukabumi. Kemudian ke Cianjur untuk terus bergerilya.
Di tengah penyakit malaria yang diderita, Harun Kabir masih terus memimpin gerilya. Akhirnya di Cianjur, pahlawan tersebut menemui ajal di ujung senapan serdadu Belanda.
Kisah heroik Harun Kabir itu diulas secara detail dan menarik dalam buku Demi Republik, Perjuangan Kapten Harun Kabir 1942-1947, yang ditulis Hendi Jo dan diterbitkan Mata Padi.
Buku tersebut dibedah oleh sejarawan Prof Anhar Gonggong di Bale Prayoga Pendopo Kabupaten Cianjur, Jumat 2 Agustus 2024. Acara ini digelar Lokatmala Foundation dan Historika Indonesia.
Sejarawan nasional Prof Anhar Gonggong yang hadir sebagai pembicara dalam bedah buku itu menilai, sosok Harun Kabir dan keluarganya memiliki ketabahan luar biasa.
Editor : Ude D Gunadi