BANDUNG, iNewsBandungRaya.id - Rakarsa Foundation mengundang semua pecinta seni dan budaya untuk berpartisipasi dalam festival seni gambar bergerak RWD FEST. Festival ini akan berlangsung setiap akhir pekan mulai 13 September hingga 9 November 2024 di lima lokasi di Kota Bandung.
Direktur program Rakarsa Foundation yang juga inisiator RWD FEST, Endira F. Julianda mengatakan, RWD FEST menyuguhkan berbagai karya seni gambar bergerak sebagai bentuk kreativitas dan inovasi dalam bercerita secara visual dari masa ke masa.
"RWD Fest ini adalah seni gambar bergerak bukan film, jadi singkatnya seperti itu karena kalau misalkan film itukan cukup jelas, spesifik, terbatas, justru tanpa kita membeda-bedakan bentuknya kita bisa fokus dengan imajinasi dan kreativitas," ucap Endira di Fragment Project, Kota Bandung, Selasa (10/9/2024).
Endira mengungkapkan, seni gambar bergerak yang menjadi bingkai festival ini mencerminkan kreativitas dalam bercerita melalui berbagai media.
"Kami mengumpulkan film-film mahasiswa yang tersimpan di hardisk, dari pada tersimpan di hardisk mendingan kita screening rame-rame, siapa tau tiba-tiba kepikiran untuk buat sesuatu yang baru," katanya.
"Dari situ kami menemukan bahwa gambar bergerak itu tidak hanya membahas cara bikin filmnya aja tapi juga apa yang menjadi esensi di film itu, mau bercerita apasih lewat film," lanjutnya.
Endira meyakini, RWD FEST dapat menjadi momen yang tepat untuk mengasah imajinasi melalui berbagai karya seni gambar bergerak dari berbagai generasi.
"Batas-batas imajinasi, seni yang melampaui batas imajinasi itu adalah apa yang nanti akan kita tampilkan dari 8 penampilan nanti," ungkapnya.
Sementara itu, programer RWD, Arsya mengatakan, tujuan utama kegiatan ini adalah untuk menciptakan pemahaman yang lebih mendalam tentang bagaimana bahasa visual mencerminkan identitas budaya nusantara serta bagaimana evolusi seni gambar bergerak di Indonesia berinteraksi dengan budaya visual lainnya.
"Hal ini juga merupakan upaya mengeksplorasi potensi dalam seni gambar bergerak nusantara serta menyoroti kekhasan dan keunikan pendekatan ini dalam konteks lokal maupun global," terangnya.
Arsya mengatakan, target audiens sendiri adalah para pelaku seni hingga anak muda yang memiliki ketertarikan tinggi terhadap seni dan dapat mengapresiasi seni gambar bergerak.
"Masyarakat umum yang tertarik pada seni gambar bergerak, komunitas seni dan film, pelajar dan mahasiswa, profesional di bidang seni dan film hingga penggemar budaya dan sejarah," imbuhnya.
Terdapat 8 program yang akan menampilkan total 36 karya seni gambar bergerak, termasuk pertunjukan langsung seperti pementasan wayang kulit oleh Perkumpulan Seni Tari dan Karawitan Jawa ITB (PSTK ITB) serta penayangan film seluloid oleh Persatuan Layar Tancap Bekasi (PLTB).
Selain itu, pengunjung juga dapat menikmati karya-karya animasi, pameran properti film, video musik, video tari, video art, dan film eksperimental. Setiap program akan didampingi sesi diskusi dengan para ahli di masing-masing bidang, yang terbuka untuk umum dan gratis.
RWD menyajikan keragaman pelaku kreatif, programmer, kurator, sineas, dan seniman, salah satunya melalui kolaborasi lintas budaya antara seniman Bandung, M. Akbar dengan Krzysztof Łukomski, kurator seni dari Poznan, Polandia.
Selain itu, Rakarsa Foundation bekerja sama dengan Bandung International Student Film Festival (BISFF), sebagai bentuk nyata kolaborasi berbagai pihak untuk mewujudkan ide festival.
Direktur BISFF, Nala Nandana mengungkapkan, keterlibatan BISFF sebagai kolaborator RWD FEST memungkinkan untuk melihat berbagai pengalaman pertemuan.
"Film dan bentuk-bentuk seni gambar bergerak lainnya juga dapat menjadi alat yang kuat untuk menjembatani kesenjangan, memicu percakapan, dan membangun pemahaman antar perspektif," ucap Nala.
RWD FEST diinisiasi oleh Rakarsa Foundation, organisasi nirlaba bidang seni budaya berbasis di Bandung. Penyelenggaraan acara ini didukung oleh program pendanaan Dana Indonesiana dari Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) RI.
Rakarsa Foundation bermitra dengan BISFF, agenda tahunan dari Program Studi Film dan Televisi, Fakultas Pendidikan Seni dan Desain, Universitas Pendidikan Indonesia, dan didukung berbagai berbagai komunitas film dan kreatif di Bandung.
Editor : Rizal Fadillah