get app
inews
Aa Text
Read Next : KPID Jabar Imbau Lembaga Penyiaran Patuhi Regulasi Iklan Kampanye Pilkada

KPID Paparkan Hasil Riset Politik Penyiaran di Jabar Tahun 2024

Selasa, 05 November 2024 | 19:08 WIB
header img
KPID Jabar menggelar Ekspose Hasil Riset Tahun 2024 Politik Penyiaran di Jawa Barat dengan tema 'Mewujudkan Penyiaran Berkeadilan', Selasa (5/11/2024). (Foto:Istimewa)

BANDUNG, iNewsBandungraya.id  - KPID Jabar menggelar Ekspose Hasil Riset Tahun 2024 Politik Penyiaran di Jawa Barat dengan tema 'Mewujudkan Penyiaran Berkeadilan'. 

Dalam riset kali ini KPID menggandeng 4 Universitas untuk membedah berbagai persoalan penting yang ada di Jawa Barat. Ke empat Universitas tersebut yakni, Universitas Padjadjaran, Universitas Pasundan, Universitas Muhammadiyah Bandung dan Universitas Pakuan. 

Ketua KPID Jabar, Adiyana Slamet di sela sela kegiatan ekspose menjelaskan, dari hasil penelitian bertajuk Analisis Minat Penggunaan Platform Media di Jawa Barat yang dilakukan Unpas, dengan melibatkan 6 kluster masyarakat yakni, Megapolitan, Priangan Barat, Priangan Timur, Bandung Raya, Cirebonan, dan Kerawang yang terdiri dari 3 generasi meliputi generasi X, Y dan Z, didapati bahwa generasi X dan Y masih menjadikan TV dan Radio sebagai sarana hiburan dan sumber informasi terpercaya untuk kehidupan sehari-hari. 

"Karena riset ini di tiga generasi, generasi X, Y, Z, masih tingginya minat generasi X dan generasi Y dalam mengkonsumsi televisi maupun radio. Kalau diakumulasikan kurang lebih 3 sampai 4 jam gitu ya durasi menonton dan mendengarkan di dua generasi ini," ungkapnya. Selasa (5/11/2024). 

"Kalau generasi Z memang sudah bergeser ke media yang berbasis internet ya media sosial, spotify misalkan ya dan OTT," imbuhnya. 

Tidak hanya itu, dikatakan Adiyana dalam riset tersebut juga di dapati, tingginya kekhawatiran masyarakat dalam melihat perkembangan konten di media berbasis internet. 

"Dan tiga generasi ini semuanya mayoritas mengatakan Sangat khawatir. Khawatir dalam konten apa? Yang pertama kekerasan, yang kedua hoax, yang ketiga pornografi, yang keempat bullying. Lalu ada pertanyaan yang mengatakan bahwa untuk mengatasi atau solusinya seperti apa? Apakah negara harus mengawasi media-media yang berbahaya internet? Dan mayoritas responden itu mengatakan iya,"jelasnya.

Adiyana Pun menegaskan Negara Harus hadir untuk menjaga masyarakat, dari penyebaran informasi yang kian bebas saat ini. 

"Bahwa negara harus adaptif dengan perkembangan teknologi. Seperti negara-negara yang lain kalau kita komparasi misalkan Australia, Jerman dan seterusnya bahwa instrumen negara itu sudah dibuat untuk melindungi warga negaranya secara kognitif, konten-konten yang kemudian di media berbasis internet itu diawasi oleh negara, sehingga negara Berkewajiban untuk melindungi,"ucapnya.

"Dan kita harus ingat bahwa preambule pembukaan undang-undang dasar 1945 alinea 4 nomor 1 mengatakan  bahwa tujuan negara ini ada untuk melindungi segenap tumpah darah Indonesia. Jadi skema yang kemudian ada dalam konteks dunia internasional, regional maupun nasional Ini sudah bergeser, yang kemudian harus dilindungi itu tidak hanya fisik, tidak hanya batas teritorial, tapi termasuk kognisi masyarakat terutama kelompok rentan seperti, Perempuan dan anak-anak,"tegasnya.

Sementara itu, Tim riset Ilmu Komunikasi Universitas Pasundan, dipimpin oleh Dr. Almadina Rakhmaniar, S.Psi., M.I.Kom, menjelaskan Dari total 504 responden, mayoritas berada di rentang usia Generasi Y, yakni 42 persen, diikuti oleh Generasi X dengan 33 persen, dan Generasi Z sebanyak 25 persen. 

Responden juga mencakup proporsi laki-laki sebanyak 47,6 persen, dan perempuan sebesar 52,4 persen. Sebagian besar responden, sebanyak 46,6 persen, adalah lulusan SMA, sementara 31,3 persen berpendidikan S1, dan sisanya tersebar pada jenjang pendidikan SMP, Diploma, dan S2/S3.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa YouTube menjadi platform terpopuler, dengan 70 responden Generasi X mengaksesnya secara rutin. Televisi tetap menjadi pilihan Generasi Y, dengan 62 responden memilihnya sebagai sumber utama informasi, sedangkan media sosial aktif digunakan oleh Generasi Y (47 responden), diikuti Generasi X (42), dan Generasi Z (41). Platform Netflix mendominasi kalangan Generasi Z, dengan 15 responden mengaksesnya untuk konten hiburan dan film.

“Penelitian kami menunjukkan pergeseran pola konsumsi media yang signifikan. Generasi X cenderung memilih platform YouTube, sementara Generasi Y masih mengandalkan televisi untuk informasi dan hiburan. Generasi Z, di sisi lain, didominasi oleh pengguna OTT seperti Netflix,” ujar Dr. Almadina. 

Ini menjadi buktinya pentingnya negara hadir dalam mewujudkan Penyiaran Berkeadilan di Indonesia untuk menyelamatkan mata, telinga dan kognisi masyarakat. (*)

Editor : Abdul Basir

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut