Hal ini dinilai penting karena bisa menjadi alat untuk mempromosikan potensi desa melalui blog. Terakhir, di desa ini mahasiswa menyelenggarakan pelatihan dan festival untuk usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM).
"Digitalisasi menjadi sebuah keharusan bagi UMKM. Makanya, kami berpikir pelatihan digitalisasi bagi UMKM agar transformasi mereka ke arah digitalisasi tidak terlalu terkendala," katanya.
Sementara itu, Ketua Kelompok Desa Baru, M. Ali dari Universitas Widyatama mengatakan, di grup kedua ini ada 21 orang peserta, yakni 2 orang dari Institut Teknologi Garut, 3 orang dari Universitas Widyatama, 3 orang dari Institut Pendidikan Indonesia, 2 orang dari STKIP Pasundan, 2 orang dari Universitas Galuh Ciamis, 2 orang dari Institut Kesehatan Rajawali, 2 orang dari Jakarta Global University, 3 orang dari Universitas Garut, dan 2 orang Universitas Pasundan.
Di desa ini, kata dia, pihaknya menemukan anak yang tidak bisa baca, tulis, menghitung, dan mengaji pada pendidikan nonformal. Namun, setelah empat minggu kegiatan sekolah bestari dilakukan, yang mulanya tidak bisa membaca, menulis, dan menghitung, setelah mengikuti sekolah bestari, para siswa sudah bisa baca, tulis, dan hitung.
Mahasiswa juga mendirikan Taman Literasi Menara Bestari di Masjid Assalam 1 dan pembuatan website literasi muda Belitung Timur untuk mengangkat wisata Belitung Timur melalui literasi yang dibuat oleh anak-anak Belitung Timur.
Adanya temuan anak yang belum bisa baca tulis itu juga mendorong mahasiswa memberi pelatihan digitalisasi administrasi desa dengan membuat aplikasi pendataan anak tidak sekolah (https://desabaru.my.id/) dan pembuatan logo Desa Baru.
Editor : Abdul Basir