get app
inews
Aa Text
Read Next : Integrasi Vertikultur dan Komposter: Solusi untuk Lingkungan Berkelanjutan

Yapisa Gelar Haul Gus Dur, Refleksi Akhir Tahun dan Diskusi Kerukunan Antarumat Beragama di Cileunyi

Senin, 23 Desember 2024 | 18:01 WIB
header img
Yayasan Yapisa menggelar Haul Gus Dur, Refleksi Akhir Tahun 2024 dan Diskusi Kerukunan Antarumat Beragama di Ponpes Syamsul Ma'arif. (FOTO: ISTIMEWA)

Menurut Kiki, untuk menyembuhkan orang yang terpapar radikalisme sangat sulit karena berkaitan dengan keyakinan, ideologi, psikologi kebencian, kondisi ekonomi, dan politik. Ciri orang terpapar radikalisme adalah, intoleran, fanatik buta, eksklusif, dan revolusioner. 

"Mereka ingin mengubah ideologi Pancasila, bermaksud menggulingkan pemerintah, melakukan persiapan (idad), mempersiapkan logistik, dan rekruitmen. Sedangkan  organisasi radikal di Indonesia antara lain, Jamaah Islamiyah (JI), ISIS-JAD, Negara Islam Indonesia (NII), dan Mujahid Indonesia Timur (MIT)," tuturnya.

Sementara itu, Wawan Gunawan memaparkan tentang tren radikalisme yang menyasar ruang publik dan menekankan pentingnya menjaga Pancasila sebagai warisan ulama dan umat Islam. 

"Ciri orang terpapar radikal adalah mengkritik tatanan, memiliki alternatif gagasan, merasa gagasannya paling benar, mengubah tatanan dengan tatanan baru yang dianggap benar," kata Wawan Gunawan.

Wawan menyatakan, tren gerakan terorisme masuk ke ruang-ruang publik dan bidang.  Rangkaian radikalisme antara lain, intoleransi, diskriminasi, dan melakukan tindak kekerasan. 

"Teori kekerasan, orang bisa melakukan kekerasan karena frustasi, memiliki sandaran bagi tindak kekerasan (dalil), kekerasan sudah menjadi rutinitas, dehumanisasi orang di luar golongannya," ujar Wawan.

Editor : Ude D Gunadi

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut