Novel “Cinta, Kopi, dan Kekuasaan: Kesaksian Nyai Apun Gencay” Sajikan Sejarah yang Sinematik
![header img](https://img.inews.co.id/media/600/files/networks/2025/02/15/dfa1f_novel-apun-gencay.jpg)
Tafsir Ulang Sejarah Kopi Cianjur
Dalam diskusi yang dihadiri Kepala Cabang Dinas (KCD) Wilayah VI Provinsi Jawa Barat Dr Nonong Winarni, Wakil Ketua DPRD Cianjur Susilawati SH MKP dan Sekretaris Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Cianjur Dra Nenden Nurjanah MAP, serta sejumlah tokoh penting lainnya, Tosca Santoso menyoroti bahwa sejarah kopi di Cianjur selalu diceritakan dengan nada bangga.
Padahal di balik itu ada kisah pahit yang jarang dikemukakan. Sejarah kopi selalu merujuk pada kejayaan wilayah Cianjur sebagai salah satu pusat produksi kopi dunia pada abad ke-18. Namun, di balik nostalgia tersebut, ada kisah pahit yang jarang dikemukakan. Seperti penderitaan petani Priangan akibat sistem tanam paksa yang diberlakukan Belanda dengan dukungan para penguasa lokal saat itu.
“Petani Priangan yang biasanya berhuma dengan rotasi, dipaksa menetap dan wajib tanam kopi, menelantarkan tanaman kebutuhan mereka sendiri,” kata Tosca.
“Satu keluarga dijatah tugas 1.000 batang kopi. Hasilnya harus dijual ke Belanda, lewat para bupati, dengan harga yang ditentukan VOC sendiri. Petani yang menolak, menghadapi risiko penjara dan aniaya,” ujarnya.
Editor : Agus Warsudi