Mewujudkan Kawasan Tanpa Rokok di Jabar

"Itu sebabnya, sosialisasi ini sangat penting. Nantinya, diperlukan satgas khusus untuk menguatkan aturan ini," jelasnya.
Di tempat yang sama, Ketua No Tobbaco Community (NOTC), Bambang Priyono mengungkapkan data tingginya rata-rata konsumsi rokok di Jabar.
Di mana, Jabar menjadi provinsi dengan prevalensi merokok tertinggi di Indonesia, yaitu sebesar 27 persen di atas rata-rata nasional 22,46%. Data ini merupakan laporan Survey Kesehatan Indonesia (SKI) tahun 2023.
"Data dari Survei Kesehatan Indonesia tahun 2023 menunjukkan bahwa Jawa Barat memiliki angka perokok anak tertinggi. Anak usia 15–19 tahun yang merokok mencapai sekitar 20%. Bahkan, survei tersebut mencatat sebanyak 75% anak usia 15–19 tahun di Jawa Barat pernah mencoba merokok," paparnya.
"Ini sangat mengkhawatirkan, sehingga pengendalian tembakau di Jawa Barat menjadi penting untuk melindungi anak-anak dari bahaya konsumsi rokok," lanjutnya.
Saat ini, kata Bambang, baru Kota Bogor dan Kota Depok yang benar-benar mengimplementasikan larangan rokok. Ia berharap melalui acara ini, Pemprov Jabar bisa mendorong daerah lain agar mengimplementasikan larangan iklan, promosi, dan sponsor rokok.
"Salah satu kekhawatiran adalah soal Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang bersumber dari iklan rokok. Beberapa kabupaten/kota masih mempertahankan iklan rokok karena khawatir PAD berkurang. Padahal, larangan iklan rokok penting untuk mencegah perokok pemula," tandasnya.
Editor : Agung Bakti Sarasa