get app
inews
Aa Text
Read Next : Naskah Kuno Sunda Masuk Nominasi UNESCO: Warisan Moral dan Budaya dari Abad ke-16

Mitos Sirit Uncuing: Benarkah Suaranya Pertanda Kematian di Tanah Sunda?

Senin, 05 Mei 2025 | 12:20 WIB
header img
Burung Sirit Uncuing. (Foto: Ist)

BANDUNG, iNewsBandungraya.id - Bagi masyarakat Sunda dan sebagian besar Pulau Jawa, suara lirih namun mendayu dari seekor burung kecil ini seringkali dikaitkan dengan kabar duka. Dialah Sirit Uncuing, atau yang juga dikenal dengan sebutan Sit Uncuing, Siit Uncuing, Sit Incuing dalam berbagai dialek Sunda, serta Wiwik Kelabu atau burung Kedasih di budaya lain.

Berbeda dengan burung hantu (Bueuk) yang suaranya justru dianggap pertanda kelahiran, Sirit Uncuing justru lekat dengan aura mistis kematian. Suaranya yang panjang, naik turun, lirih namun menusuk, dari kejauhan terdengar seperti isak tangis kesedihan yang mendalam: "Tiit tu wiiit, tiit tu wiit tiiit tu wiit."

Artikel ini akan mengupas tuntas berbagai mitos yang menyelimuti burung Sirit Uncuing, mulai dari asal-usul namanya hingga cerita-cerita yang menjadikannya "burung hantu" yang lebih menakutkan dari Bueuk dalam kepercayaan masyarakat Sunda.

Mengulik 5 Mitos Seputar Sirit Uncuing

Sebelum membahas mitos, mari kita kenali dulu taksonomi burung yang memiliki nama ilmiah Cacomantis merulinus ini. Sirit Uncuing merupakan anggota famili Cuculidae, berukuran kecil sekitar 21 cm dengan warna tubuh cokelat keabuan. Uncuing dewasa memiliki kepala berwarna abu-abu dengan ekor dan perut berwarna merah sawo matang. Berikut adalah lima mitos yang melekat padanya:

1. Penjelmaan Lelaki yang Kehilangan Kekasihnya

Dalam mitos Sunda, Sirit Uncuing bukanlah sekadar burung biasa. Konon, ia adalah penjelmaan seorang lelaki yang dilanda kesedihan mendalam karena kekasihnya direbut oleh anak raja. Demi mencari sang pujaan hati, ia berubah wujud menjadi burung Siit Uncuing dan terbang kesana-kemari sambil mengeluarkan suara lirih yang meratap.

Mitos ini bahkan tercatat dalam buku anonim berbahasa Sunda tahun 1940-an berjudul 'Ki Santri Gagal', yang kemudian diterjemahkan menjadi 'Bung Santri Gagal'. Di dalamnya disebutkan bahwa burung Sit Uncuing berasal dari seorang lelaki yang kehilangan kekasihnya dan terus mencarinya dengan suara khasnya.

2. Hantu Perempuan yang Tak Menikah Hingga Akhir Hayat

Salah satu nama lain dari Sirit Uncuing adalah Siit Uncuing (tanpa 'r'). Ternyata, kata "Siit" merujuk pada sejenis hantu perempuan dalam kepercayaan Sunda. Kamus Sundadigi mendefinisikan "Siit" sebagai hantu yang berasal dari perempuan yang meninggal tanpa pernah menikah. Kesedihan hati perempuan tersebut kemudian menjelma menjadi burung Uncuing dengan suara melengking yang pilu. Dari sinilah nama Siit Uncuing berasal. Sementara "Sirit" (dengan 'r') memiliki arti sesuatu yang menonjol atau bahkan merujuk pada kemaluan laki-laki.

3. Pembawa Kabar Kematian

Jika di Eropa burung Gagak sering diasosiasikan dengan kabar buruk dan kematian, di Sunda peran ini diemban oleh Siit Uncuing. Lengkingan suaranya yang terdengar sendu seringkali membuat pendengarnya bergidik dan dianggap sebagai pertanda adanya kematian di sekitar tempat burung itu bersuara.

4. Suara Merinding di Siang Bolong

Siit Uncuing bukanlah burung nokturnal dan seringkali bersuara di siang hari. Hanya pada musim kawin saja ia mengeluarkan bunyi-bunyi pendek di malam hari. Anehnya, meski terdengar di siang hari, suara panjang dan mendayu-dayu Siit Uncuing tetap mampu membuat bulu kuduk berdiri, seolah membawa aura kematian dan hal-hal gaib lainnya. Burung ini biasa tinggal di hutan terbuka, dekat desa, tegalan, bahkan taman kota, sehingga suaranya bisa terdengar di mana saja.

5. Ada Suaranya, Sulit Dilihat Wujudnya

Inilah mungkin alasan mengapa ia dianggap lebih "hantu" daripada Bueuk. Suaranya sering terdengar jelas, namun wujud burungnya kerap kali sulit terlihat. Siit Uncuing memiliki kebiasaan berbunyi dari balik rimbunnya pepohonan tanpa banyak bergerak atau berpindah posisi. Meski begitu, untuk mencari makan berupa serangga, laba-laba, dan buah-buahan kecil, ia juga terkadang turun ke semak-semak di dekat tanah.

Mitos-mitos seputar Sirit Uncuing ini terus hidup dalam kepercayaan masyarakat Sunda, menambah warna pada kekayaan budaya dan cerita rakyat di Tanah Pasundan. Terlepas dari kebenarannya, kisah tentang burung ini menjadi pengingat akan bagaimana alam dan suaranya dapat diinterpretasikan dalam berbagai cara oleh manusia.

Editor : Agung Bakti Sarasa

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut