Ciumbuleuit: Dari Kisah Rakyat hingga Jadi Sentra Kuliner dan Modernisasi Bandung Utara

BANDUNG, iNewsBandungRaya.id - Kawasan Ciumbuleuit yang terletak di bagian utara Kota Bandung kini dikenal sebagai salah satu tujuan favorit pencinta kuliner tradisional. Di sepanjang wilayah ini, pengunjung dapat menemukan beragam rumah makan yang menyajikan makanan khas Sunda, menjadikannya destinasi wajib saat berkunjung ke Bandung.

Namun, Ciumbuleuit bukan hanya soal kuliner. Kawasan ini juga mengalami perkembangan pesat dengan berdirinya berbagai fasilitas modern, mulai dari apartemen, hotel, hingga kampus-kampus ternama. Nama Ciumbuleuit pun diabadikan menjadi nama jalan yang menghubungkan Bunderan Ki Putih hingga ke arah Cihampelas.

Baca Juga

Asal-Usul Nama Sukajadi, dari Alat Masak Tradisional hingga Pusat Bisnis Modern

Di balik popularitasnya saat ini, Ciumbuleuit menyimpan cerita lama yang menarik. Asal-usul nama daerah ini terekam dalam buku Toponimi Kota Bandung karya T. Bachtiar. Kisahnya berawal dari sepasang kakek-nenek yang hidup sederhana sebagai petani.

Suatu ketika, pasangan tersebut dipercaya oleh para dewa untuk merawat tiga anak titipan: Nyi Sri Pohaci, Dangdang Hyang Trenati, dan Nyi Centring Manik. Pada suatu hari, saat menjamu seorang pedagang, si nenek memasak nasi dari sebatang padi ajaib dengan pesan agar tidak membuka tutup panci saat proses memasak. Sayangnya, rasa penasaran si kakek membuatnya melanggar pesan tersebut, hingga nasi gagal matang.

Karena kecewa, si nenek menaburkan sisa padi ke tanah sekitar. Keajaiban pun terjadi, padi yang ditebar tumbuh subur dan hasil panennya berlimpah. Semua hasil itu disimpan dalam sebuah lumbung besar atau leuit. Karena ukuran lumbungnya yang mencolok, wilayah itu kemudian dikenal sebagai Ciumbuleuit.

Baca Juga

Asal Usul Nama Kosambi Bandung: Warisan Pohon Langka yang Kini Tinggal Nama

Nama Ciumbuleuit berasal dari tiga unsur: ci (air), umbul (gelar kepala desa pada masa lalu), dan leuit (lumbung padi).

Kisah ini bukan hanya menjadi bagian dari sejarah lokal, tetapi juga memperkaya identitas Ciumbuleuit sebagai kawasan yang memadukan warisan budaya dengan dinamika kehidupan modern.

Editor : Agung Bakti Sarasa