Ciwastra: Jejak Sejarah dalam Jalur Alternatif Kota Bandung

BANDUNG, iNewsBandungRaya.id - Terletak di sisi timur Kota Bandung, Jalan Ciwastra kini menjelma sebagai salah satu ruas jalan penting yang dikenal luas oleh warga kota. Selain berfungsi sebagai jalur penghubung strategis antarwilayah, kawasan ini juga berkembang menjadi tempat tinggal yang nyaman dan sentra kegiatan ekonomi masyarakat.
Menariknya, seiring waktu, nama Ciwastra sering kali disingkat oleh warga menjadi “CWR”. Singkatan ini bukan hanya bentuk efisiensi komunikasi, tetapi juga mencerminkan hubungan emosional yang erat antara warga dan lingkungan tempat tinggalnya.
Di balik keakraban nama itu, tersimpan makna mendalam yang berakar pada warisan budaya dan bahasa. Secara etimologis, “Ciwastra” berasal dari dua unsur: kata “Ci”, yang dalam bahasa Sunda berarti air, dan “wastra”, istilah dari bahasa Sanskerta yang berarti kain.
Jika digabung, keduanya membentuk arti “air dan kain”, sebuah kombinasi sederhana namun penuh makna dalam konteks budaya Indonesia. Kain tradisional atau wastra di Nusantara memiliki tempat istimewa sebagai ekspresi seni dan simbol identitas.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), “wastra” merujuk pada kain khas Nusantara yang bukan sekadar penutup tubuh, tetapi mengandung nilai filosofi dan spiritualitas. Wastra hadir dalam berbagai bentuk, seperti batik, tenun ikat, songket, dan ulos, yang masing-masing memiliki corak dan fungsi yang berbeda.
Editor : Rizal Fadillah