Tangkuban Parahu Belum Sepenuhnya Aman, PVMBG Imbau Masyarakat Waspada

BANDUNG, iNewsBandungRaya.id - Gunung Tangkuban Parahu, yang berada di wilayah perbatasan Kabupaten Bandung Barat dan Subang, Jawa Barat, masih menunjukkan tanda-tanda aktivitas vulkanik meskipun intensitas gempa telah mengalami penurunan dalam beberapa hari terakhir.
Laporan terbaru dari Badan Geologi mencatat bahwa aktivitas gempa low-frequency (LF) dan tremor berkelanjutan masih terpantau di kawasan tersebut.
Gempa LF Masih Terjadi di Gunung Tangkuban Parahu
Kepala Badan Geologi, Muhammad Wafid, mengungkapkan bahwa pada pemantauan Sabtu, 7 Juni 2025, tercatat 12 kali gempa LF serta tremor terus-menerus yang direkam alat pemantau.
“Amplitudo maksimal yang terekam berada di kisaran 0,5 hingga 1 milimeter,” ujar Wafid seperti dikutip pada Minggu (8/6/2025).
Meskipun intensitas gempa menurun dibanding awal bulan Juni, pemantauan deformasi melalui metode EDM dan GNSS menunjukkan indikasi penggembungan (inflasi) pada tubuh gunung. Fenomena ini mengarah pada kemungkinan penumpukan gas vulkanik dangkal, yang berpotensi memicu letusan freatik secara tiba-tiba.
Aktivitas Kawah Ratu dan Kawah Ecoma Masih Terpantau
Secara kasat mata, dua kawah utama yakni Kawah Ratu dan Kawah Ecoma masih memperlihatkan aktivitas vulkanik. Asap putih terlihat mengepul dengan intensitas ringan hingga sedang.
Kawah Ratu mengeluarkan asap dengan ketinggian antara 5 hingga 150 meter. Sementara itu, di Kawah Ecoma, asap hanya naik sekitar 5 sampai 10 meter.
Selain asap, aktivitas gejala permukaan seperti solfatara, bualan lumpur, dan fumarol lebih dominan terjadi di Kawah Ratu. Tekanan gas yang dihasilkan terpantau berada pada level lemah hingga sedang.
Komposisi Gas Masih Stabil
Hasil pemantauan dari instrumen Multi-GAS menunjukkan bahwa tidak ada perubahan signifikan pada komposisi gas vulkanik. Rasio CO₂/SO₂ serta kandungan SO₂ terhadap H₂S terpantau masih dalam batas aman.
Konsentrasi gas di sekitar bibir Kawah Ratu pun masih berada di tingkat normal, menunjukkan bahwa tidak ada akumulasi gas berbahaya dalam jangka pendek.
Status Masih Level I, Tapi Tetap Siaga
Dengan mempertimbangkan keseluruhan data yang diperoleh, aktivitas Gunung Tangkuban Parahu saat ini masih dikategorikan dalam Status Level I (Normal). Namun demikian, masyarakat tetap diminta untuk menjauhi dasar kawah dan segera meninggalkan lokasi bila mencium bau gas menyengat atau melihat peningkatan aktivitas asap.
Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) bersama pihak pemerintah daerah diminta untuk tetap terhubung dengan Pos Pengamatan Gunung Api di Desa Cikole serta PVMBG untuk memastikan langkah mitigasi berjalan optimal.
Lonjakan Aktivitas Gempa di Awal Juni
Catatan aktivitas kegempaan menunjukkan lonjakan signifikan di awal Juni 2025, sebelum akhirnya mulai menurun secara bertahap:
1 Juni: 100 kejadian gempa LF
2 Juni: 134 kejadian
3 Juni: 270 kejadian
4 Juni: 134 kejadian
5 Juni: 133 kejadian
6 Juni: 110 kejadian
Meskipun tren mulai melandai, kondisi ini menandakan bahwa aktivitas vulkanik belum sepenuhnya berhenti, sehingga tetap perlu diwaspadai.
Imbauan Penting untuk Masyarakat Sekitar Gunung
PVMBG mengimbau warga agar tidak mudah termakan isu atau kabar tidak resmi yang beredar di media sosial atau grup percakapan. Evaluasi aktivitas gunung dilakukan secara berkala dan akan diperbarui bila terjadi perubahan signifikan.
“Evaluasi akan terus dilakukan dan masyarakat diminta tetap tenang, tidak panik, namun tetap waspada,” tegas Wafid.
Potensi Letusan Freatik Masih Ada
Gunung Tangkuban Parahu merupakan gunung berapi aktif yang memiliki sembilan kawah. Dua kawah utama yang berada di puncak adalah Kawah Ratu dan Kawah Upas. Dalam sejarahnya, letusan dari gunung ini lebih sering bersifat freatik, termasuk yang terakhir terjadi pada tahun 2019.
Dengan karakteristik seperti ini, kemungkinan letusan mendadak tetap terbuka, meskipun saat ini tidak ada tanda-tanda erupsi magmatik.
Editor : Rizal Fadillah