Nurul Arifin Ingatkan Bahaya Media Sosial Picu Perpecahan dan Polarisasi Bangsa

BANDUNG, iNewsBandungRaya.id - Anggota Komisi I Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR RI) dari Fraksi Partai Golkar, Nurul Arifin menyoroti potensi bahaya media sosial yang dinilai dapat memicu perpecahan, saling curiga, dan polarisasi di tengah masyarakat.
Hal ini disampaikan Nurul Arifin dalam agenda Sosialisasi Empat Pilar MPR RI yang diselenggaran di Hotel Crowne, Kota Bandung, Sabtu (27/9/2025).
Menurut Nurul Arifin, meskipun kegiatan utamanya adalah sosialisasi empat pilar, substansi pembahasannya juga menyentuh masalah-masalah sosial lainnya, terutama isu perpecahan yang dipengaruhi oleh media sosial.
"Kegiatan hari ini utamanya sosialisasi empat pilar ya, yang Anda mungkin dengar bersama, cuma substansinya banyak nyolek-nyolek ke masalah lain, yang penting bahwa sekarang ini ada satu masalah baru tentang perpecahan, saling curiga dan sebagainya begitu," kata Nurul Arifin ditemui usai acara.
Ia secara tegas menyebutkan peran media sosial sebagai pemicu utama.
“Ini pengaruh dari media sosial juga sebenarnya, orang jadi saling curiga, kemudian terpolarisasi tidak percaya satu dengan yang lain dan ini membuat kebersamaan kita sebagai sebuah bangsa itu agak sedikit terganggu," katanya.
Oleh karena itu, Nurul Arifin menekankan pentingnya kesadaran kolektif sebagai sebuah bangsa agar tidak terpecah belah hanya karena pengaruh platform digital tersebut.
"Menjadi penting mempunyai kesadaran bahwa kita adalah sebuah bangsa dan jangan sampai terpecah belah, apalagi hanya karena dipengaruhi oleh Sosial media," tegasnya.
Politikus senior Partai Golkar ini juga mengingatkan bahwa masyarakat memiliki saluran resmi dan konstruktif untuk menyampaikan aspirasi, yaitu melalui wakil rakyat. Ia berharap aspirasi yang disampaikan bersifat membangun, bukan merusak.
"Kan sebenarnya kalau kita mau menyalurkan aspirasinya ada salurannya melalui wakil rakyat dan sebagainya, harusnya bentuknya juga lebih konstruktif tidak destruktif ya, jadi supaya kita bisa bersama-sama dalam menjaga bangsa ini," ungkapnya.
Ia menambahkan bahwa saat ini ancaman perpecahan bergeser. Jika dahulu isu Suku, Agama, Ras, dan Antargolongan (SARA) menjadi pemicu, kini media sosial mengambil peran tersebut.
"Akhirnya terpecah belahnya bukan karena SARA, tapi didrive oleh sosmed tadi, itu yang harus kita antisipasi," ucap.
Nurul Arifin pun mengingatkan bahwa kohesivitas bangsa terancam ketika masyarakat mudah percaya pada narasi-narasi menyesatkan yang disebarkan melalui media sosial.
"Kohesivitas sebagai sebuah bangsa itu terganggunya oleh sosmed yang memberikan narasi menyesatkan dan kita percaya itu," tandasnya.
Editor : Abdul Basir