Pangdam III Siliwangi Mayjen TNI Kosasih, Kisah Jenderal Santri di Tanah Pasundan
BANDUNG, iNewsBandungRaya.id - Pangdam III Siliwangi Mayjen TNI Kosasih SE adalah seorang jenderal TNI dengan segudang prestasi. Selain prestasi di bidang militer, Mayjen TNI Kosasih juga merupakan santri dan hafiz Alquran.
Suaranya merdu saat melantunkan ayat-ayat suci. Dalam salah satu tayangan di Youtube, Mayjen TNI Kosasih tampak melantunkan ayat suci Alquran Surat Al-Isra ayat 82 dengan tartil dan qiroat fasih.
Yuk kenal lebih jauh dengan Pangdam III Siliwangi Mayjen TNI Kosasih SE. Dikutip dari Siliwangi Podcast yang tayang di YouTube pada Senin (30/9/2025). Acara bincang-bincang itu dipandu host Penerangan Kodam (Pendam) III Siliwangi Letda Cku (Kowad) Lisa Rosalina.
Letda Cku (K) Lisa Rosalina mengawali podcast dengan narasi menarik. "Assalamualaikum warrahamatullahi wabarakatu. Salam sejahtera untuk kita semua. Sampurasun sobat sekeseler. Selamat datang di Siliwangi Podcast, ngobrol santai penuh makna dan inspirasi bersama saya Letda Cku (Kowad) Lisa Rosalina," kata Lisa.
Di hadapan Lisa telah hadir Pangdam III Siliwangi Mayjen TNI Kosasih, sosok inpiratif. Mayjen TNI Kosasih dikenal bukan saja sebagai pemimpin militer, tapi juga memiliki kisah hidup sarat makna.
"Mulai dari latar belakangnya sebagai santri hingga perjalanan karier di TNI Angkatan Darat. Kita akan mengulik kisah jenderal marbot di Tanah Pasundan, sebuah cerita tentang kesederhanaan, keteguhan iman, dan pengabdian kepada bangsa dan negara," ujar Lisa.
Dengan ramah, Mayjen TNI Kosasih, kelahiran 2 April 1971 di Pandeglang, Banten, menjawab pertanyaan Letda Cku (Kowad) Lisa terkait julukan jenderal marbot atau satri yang disematkan kepadanya.
"Lisa tau marbot itu? Marbot adalah orang yang menjaga masjid atau kepala masjidnya. DKM lebih modern. Saya mulai SMP sampai SMA (menjaga masjid)," kata Mayjen Kosasih.
Waktu kecil, ujar Mayjen Kosasih, lahir dan tinggal di Kampung Adukacang, Desa Rocek, Kecamatan Cimanuk, Kabupaten Pandeglang, Banten. Saat kelas VI SD, bersama orang tua, pindah ke Jakarta.
"Karena kalau saya di kampung terus, daerah itu SMP nya jauh. Apalagi SMA, harus ke kota. Jaraknya kurang lebih 20 kilometer. Tapi kan zaman dulu mobil masih jarang. Biasanya kita kalau ke kota naik sado atau jalak kaki," ujar Mayjen Kosasih.
Kelas VI SD, tutur Mayjen Kosasih, pindah ke Jakarta. Rumah kontrakan orang tuanya berada persis di samping sebuah masjid. Karena rumah kontrakan kecil, mau tidak mau Kosasih menjadi marbot di masjid itu.
Di masjid, Kosasih kecil membantu membersihkan tempat ibadah itu sekaligus mengajar mengaji anak-anak sekitar. Akhirnya, oleh pengurus masjid KH Zaenal Abidin, pegawai Departemen Agama (Dapag), mengizinkan Kosasih tinggal di masjid.
Akhirnya, KH Zaenal Abidin memberikan kepercayaan kepada Kosasih yang baru duduk di bangku SMP menjadi marbot di masjid itu dan mengajar mengaji anak-anak hingga SMA.
Beruntungnya, Kosasih memiliki modal ilmu mengaji Alquran saat masih di kampung. Ilmu itu diperoleh Kosasih saat belajar di pesantren.
"Akhirnya saya bisa praktekkan ilmu saya waktu kecil di pesantren. Pada akhirnya, saya sampai SMA jadi marbot di masjid itu," tutur Mayjen Kosasih.
Perjuangan Mayjen Kosasih tak hanya itu. Selain marbot, Kosasih juga bekerja kuli bangunan. Siang sekolah, pagi bekerja kuli bangunan di toko material Dua Saudara.
Dari pekerjaan ini, Kosasih mendapatkan uang walaupun nominalnya tidak besar tetapi cukup untuk memenuhi kebutuhan sekolah.
Untuk menambah bekal sekolah, Mayjen Kosasih kala itu juga berjualan es mambo yang harganya Rp25 per buah. Bahkan, Kosasih tak sungkan menjual koran sambil iseng mengisi Teka Teki Silang (TTS). Karena TTS melatih otak untuk berpikir.
Gemblengan hidup sejak SMP hingga SMA akhirnya membentuk karakter Mayjen TNI Kosasih menjadi manusia kuat, pantang menyerah, dan kokoh dalam iman.
Lulus Seleksi AKABRI
Menurut Mayjen Kosasih, menjadi seorang tentara terbuka untuk siapa saja. Marbot, santri, atau apa pun, tidak menutup jalan untuk menjadi TNI dan polisi.
Mayjen Kosasih mengaku, menjadi tentara bukanlah cita-cita masa kecil. Orang tua Kosasih justru mengarahkan Kosasih kuliah di Institut Agama Islam Negeri (IAIN) kini Universitas Islam Negeri (UIN). Sebab, sang ayah menginginkan Kosasih menjadi ustaz.
Sedangkan orang tua Kosasih lulus SD pun tidak. Karena itu, sang ayah menginginkan Kosasih menimba ilmu agama di IAIN dengan harapan bisa menjadi ustaz dengan bekal akademik mumpuni.
Namun jalan hidup Mayjen TNI Kosasih yang telah ditakdirkan Allah SWT berkata lain. Bermula dari kebetulan bertemu dengan seorang tentara mabuk di sebuah warung mi ayam.
Setelah makan, tentara itu pergi begitu saja. Pemilik warung menegur dan meminta tentara tersebut membayar mi ayah yang disantapnya. Namun sang tentara justru marah, menggebrak meja dengan sangkur.
Peristiwa itu membuat Kosasih terkejut. Di sela keterkejutannya, Kosasih berdoa menjadi tentara dengan tujuan memperbaiki akhlak prajurit TNI. "Di situ saya istigfar, astagfirullahalazim. Mudah-mudahan saya bisa jadi tentara memperbaiki akhlah tentara," ucapnya.
Akhirnya, saat TNI membuka pendafataran taruna Akademi Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (AKABRI) kini Akademi Militer (Akmil), Kosasih pun mendaftar. Setelah melalui berbagai tes, akhirnya Kosasih lulus hingga menempuh pendidikan di AKABRI, Magelang, Jawa Tengah pada 1993.
Namun orang tua Kosasih tak memiliki uang untuk bekal selama di Magelang. Akhirnya, sang kakak memecahkan tabungan ayam jago miliknya. Isinya Rp19.500. Uang itu diberikan kepada Kosasih untuk bekal.
Sebanyak Rp3.000 dibelikan sepatu bekas yang dijual di loakan, kawasan Palmerah. Sepatu itu dipakai saat seleksi di Magelang. Sepatu yang dibeli dengan uang kakak itu rusak lalu disimpan.
Kosasih lulus dengan nilai tertinggi. Saat menempuh pendidikan di AKABRI, Kosasih memutuskan mengubur sepatu rusak itu di belakang barak. Saat mengubur sepatu, Kosasih menangis, mengenang jasa besar kakaknya yang membelikan sepatu itu.
"Jangan sepelekan kekuatan doa. Berdoalah kamu, pasti akan ku kabulkan kata Allah. Doa itu senjatanya orang mukmin," ujar Mayjen Kosasih.
Secara tidak langsung, tutur Mayjen Kosasih, doa orang tua terkabul juga. Sebab, dakwah tidak harus menjadi ustaz. Jadi guru, dokter, pengusaha, dan tentara pun bisa berdakwah. Bahkan di sela-sela berdinas dan bertatap muka dengan prajurit, Pangdam III Siliwangi kerap memberikan tausyiah.
Nama Kosasih Diambil dari Mantan Pangdam III Siliwangi
Mayjen TNI Kosasih menceritakan namanya diberikan orang tua karena memiliki harapan besar. Nama itu diambil dari nama mantan Pangdam III Siliwangi Brigjen TNI Raden Ahmad Kosasih yang menjabat dari 1957 hingga 1960. Raden Ahmad Kosasih merupakan pangdam ke-7.
"Orang tua saya bilang, kamu saya kasih nama Kosasih biar seperti pak Raden Ahmad Kosasih. Yang bijaksana, baik ke rakyat," tuturnya.
"Bayangkan. Dulu gak ada internet, tahun 60-an. Zaman dulu kalau orang di Ujungkulon sana (Banten) kenal dengan Pangdam Siliwangi di sini, artinya memang bapak itu (Brigjen TNI Raden Ahmad Kosasih) belusukan ke daerah," ucap Mayjen Kosasih.
Lagi-lagi dari kisah ini membuktikan doa orang tua Mayjen Kosasih terkabul. Mayjen Kosasih dipertemukan dengan almarhum Raden Ahmad Kosasih di ruangan Pangdam III Siliwangi.
"Doa orang tua saya dua-duanya terkabul. Tersanyata saya dengan Pak RA Kosasih dipertemukan di ruangan pangdam. Beliau pangdam ke-7. Saya pangdam ke-47. Itu lah kekuatan doa. Secara akal gak masuk akal, dari sekian orang kenapa saya duduk di sini (menjadi Pangdam III Siliwangi)," ucap Mayjen Kosasih.
Keputusan Panglima Tentara Nasional Indonesia (TNI) Nomor Kep/1001/VII/2025 tanggal 31 Juli 2025, menunjuk Mayjen TNI Kosasih menjabat Pangdam III Siliwangi menggantikan MAyjen TNI Dadang Arif Abdurachman.
Itu lah perjalanan hidup Mayjen TNI Kosasih. Dia menegaskan, semua tergantung kepada diri kita. Ingin jadi apa, semua bergantung dari usaha yang dialkukan. Allah berfirman: "Sesungguhnya Aku tidak mengubah nasib suatu kaum, kecuali kaum itu sendiri yang mengubahnya."
"Karena itu kita harus berjuang. Jangan percaya sama manusia, percayalah kepada Tuhan. Rintangan pasti ada. Tapi Allah akan memudahkan. Siapa yang bertakwa kapada-Ku, kata Allah, aku akan berikan jalan kemudahan baginya dan aku berikan rezeki dari arah yang tidak disangka-sangka," ucap Mayjen Kosasih.
Di akhir podcast, Pangdam III Siliwangi berpesan kepada generasi muda saat ini. "Untuk adik-adik, anak-anak saya, generasi muda penerus bangsa ini, jangan mudah putus asa. Jangan terlena dengan gadget. Belajar dengan tekun. Raih cita-cita dengan kerja keras. Mau jadi apa pun, minta lah kepada Allah. Allah akan memberikan jalan," pungka Pangdam Siliwangi.
Editor : Agus Warsudi