BANDUNG,iNews.id - Yayasan Teknologi untuk Indonesia (Solve Education) berkomitmen meningkatkan kualitas pendidikan melalui serangkaian platform digital, dengan harapan dapat meningkatkan dan mengembangkan pendidikan di tengah situasi masih pandemi Covid-19.
Salah bentuk komitmen Solve Education yakni melakukan kerjasama dengan berbagai pihak, salah satunya Pemerintah Kota Semarang Jawa Tengah dengan menandatangani perjanjian kerja sama dengan Dinas Pendidikan Kota Semarang untuk menjangkau proses pembelajaran bagi 200 siswa SMP dan 569 siswa SD sederajat di Semarang. Kerja sama tersebut akan berlaku selama lima tahun.
Kerja sama Solve Education dan Pemerintah serta Departemen Pendidikan Kota Semarang ini juga sejalan dengan Hari Kebangkitan Nasional (Harkitnas) ke-114 pada 20 Mei 2022 dengan tema “Ayo Bangkit Bersama”. Adanya kerja sama ini, kualitas pendidikan Indonesia diharapkan dapat bangkit dan semakin berkembang.
Direktur Pelaksana Solve Education Indonesia, Talitha Amalia mengatakan bahwa melalui integrasi teknologi digital yang tepat, peserta didik dapat diberikan kesempatan untuk menikmati proses pembelajaran yang menyenangkan.
"Misi kami adalah untuk membuat anak-anak senang dan menikmati proses belajar mereka,"ujarnya, Talitha dalam keterangan resminya, Jumat (20/5/2022).
Menurutnya, dengan integrasi teknologi digital yang tepat guna, apalagi disertai dengan elemen gim yang seru, diharapkan dapat membantu guru untuk membuat proses belajar semakin menyenangkan.
"Tentu kami ingin lebih terukur dan memudahkan siswa dalam proses belajar mengajar," pungkasnya.
Sementara itu,Wali kota Semarang Hendrar Prihadi mengatakan Covid-19 telah memberikan tantangan yang cukup besar pada segala aspek, terutama sektor pendidikan. Persebaran virus Corona yang massif di berbagai negara, memaksa dunia untuk berubah.
"Kita bisa melihat bagaimana perubahan-perubahan di bidang teknologi, ekonomi, politik hingga pendidikan di tengah krisis akibat Covid-19. Perubahan itu mengharuskan kita untuk bersiap diri, merespon dengan sikap dan tindakan sekaligus selalu belajar hal-hal baru. Indonesia tidak sendiri dalam mencari solusi bagi peserta didik agar tetap belajar dan terpenuhi hak pendidikannya," jelas.
Dia menilai sebagai ujung tombak di level paling bawah suatu lembaga pendidikan, kepala sekolah dituntut untuk membuat keputusan cepat dalam merespon surat edaran Menteri Pendidikan dan Kebudayaan yang mengharuskan sekolah untuk memberlakukan pembelajaran dari rumah.
Pendidik merasa kaget karena harus mengubah sistem, silabus dan proses belajar secara cepat. Siswa pun terbata-bata karena mendapat tumpukan tugas selama belajar dari rumah.
Sementara, orang tua murid merasa stress ketika mendampingi proses pembelajaran dengan tugas-tugas, di samping harus memikirkan keberlangsungan hidup dan pekerjaan masing-masing di tengah krisis.
"Jadi, kendala-kendala itu menjadi catatan penting dari dunia pendidikan kita yang harus mengejar pembelajaran daring secara cepat,"katanya.
Dia mengungkapkan pembelajaran secara online harusnya mendorong siswa menjadi kreatif mengakses sebanyak mungkin sumber pengetahuan, menghasilkan karya, mengasah wawasan dan ujungnya membentuk siswa menjadi pembelajar sepanjang hayat.
Melihat kondisi tersebut , semua pihak harus berani melangkah untuk menjadikan pembelajaran online sebagai kesempatan mentransformasi pendidikan. Dengan demikian, inovasi-inovasi baru yang pastinya tidak membingungkan dan membosankan harus diciptakan.
Salah satunya, Solve Education yang telah membuat beberapa aplikasi untuk menunjang pendidikan dengan memasukkan beberapa permainan atau game yang bisa dimainkan oleh anak-anak namun diselipkan dengan edukasi di dalamnya, sehingga anak-anak tidak akan bosan untuk bermain sambil belajar.
"Harapan saya semoga dengan ditandatanganinya MOU ini kita dapat bersama-sama meningkatkan kualitas dan akses Pendidikan dalam pengembangan kompetensi pada peserta didik di Kota Semarang melalui penggunaan dan adaptasi teknologi pendidikan," ungkap Hendi.. (*)
Editor : Abdul Basir