Di mana dalam penetapan awal Ramadhan, Syawal, dan Zulhijah pada tahun ini, syarat ketinggian hilal adalah 3 derajat dengan sudut elongasi 6,4 derajat.
"Kalau kriteria itu belum terpenuhi berarti tidak dapat dilihat karena belum dapat dilihat maka menurut kriteria Mabim keesokan harinya belum terpenuhi syarat untuk memasuki bulan baru," kata Syamsul.
Berbeda dengan metode yang digunakan PP Muhammadiyah yakni berdasarkan hasil hisab hakiki wujudul hilal yang dipedomani oleh Majelis Tarjih dan Tarjdid PP Muhammadiyah dimana tidak berpatokan dengan penampakan bulan.
"Sedangkan menurut kriteria wujudul hilal yang tidak berpatokan pada penampakan yaitu tidak terlihat atau terlihat. Maka keesokan harinya sudah masuk bulan baru yaitu untuk 1 Syawal jatuh 21 April 2023. Dzulhijjah kemungkinan terjadi perbedaan di mana Muhammadiyah lebih dulu memasuki bulan Dzulhijjah sedangkan kriteria Mabims itu belum memasuki bulan Dzulhijjah,"tuturnya.
Sebelumnya dia menjelaskan metode hisab hakiki wujudul hilal yang telah menetapkan awal Ramadhan, Syawal, dan Dzulhijjah 1444H. Dia mengatakan penetapan itu dilihat berdasarkan pada posisi geometris benda-benda langit yaitu matahari, bumi, dan bulan.
Editor : Rizal Fadillah
Artikel Terkait