"Jadi di situ tidak ada tingkatan, dia kula. Malah ada bahasa-bahasa di kita (orang Sunda) ditabukan, di sana menjadi hal biasa diucapkan," beber Dedi.
"Tetapi kalau dalam pandangan saya, bahasa itu bukan kalimat maneh-sia, bukan kalimat apapun, tergantung hati kita, kalau bahasanya halus tapi hatinya benci, tetep aja nyelekit," tandasnya.
Editor : Zhafran Pramoedya
Artikel Terkait