Menurut Ali, dari sisi penampilan, darbuka kini tidak hanya berada di majelis-majelis, masjid atau tempat tertentu. Kini darbuka sudah tampil di pasar yang lebih luas.
"Saya lihat di bulan puasa kemarin, banyak mall-mall dengan mengadakan acaranya dengan pemain hadroh, marawis, dan gambus. Sangat banyak," ujar Ali.
Ali mengungkapkan, peluang ekonomi kreatif darbuka sangat terbuka lebar. Sebab di Indonesia pemainnya belum terlalu banyak. Variasi darbuka juga bisa ke qasidah maupun sholawat yang khusus di majelis.
"Gimana caranya bikin tren yang sekarang ini, kita bawakan pada hadroh, kita bikin kratif, bikin video yang kreatif, sekarang modalnya tinggal bikin video, yang enak dilihat, entartain, gak usah panjang-panjang. Orang bisa lihat itu, sekaligus bikin sesuatu yang baru," sarannya.
Di tempat yang sama, Koordinator Event Nasional Analis Kebijakan Madya dari Kemenparekraf, I Komang Ayu Astiti menambahkan, pihaknya sangat mengapresiasi potensi-potensi untuk pemulihan ekonomi pasca pandemi. Apalagi di Bandung, musik hadroh akan dikembangkan dalam bentuk komunitas darbuka.
Editor : Zhafran Pramoedya
Artikel Terkait