PPDB Apresiasi Semua Elemen, dari Siswa Kurang Mampu Hingga Berprestasi

Rizki Maulana
Ketua PPDB Cadisdik Wilayah VII yang meliputi Kota Cimahi dan Kota Bandung, Nanang Wardhana. Foto/Istimewa

CIMAHI,INEWSBANDUNGRAYA.ID - Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) yang telah ditetapkan pemerintah seyogyanya mampu mengapresiasi dan mengakomodir semua pihak. Namun terkadang mindset di masyarakat masih terkotak-kotak dengan istilah sekolah favorit dan non favorit.

"Itu yang jadi tantangan semua pihak, baik pemerintah, Disdik, dan orang tua siswa dalam mewujudkan PPDB yang sehat," kata Ketua PPDB Cadisdik Wilayah VII yang meliputi Kota Cimahi dan Kota Bandung, Nanang Wardhana, saat ditemui di Gedung KCD VII Jalan Baros, Kota Cimahi, belum lama ini.

Menurutnya tidak ada petunjuk pelaksanan dan petunjuk teknis dalam PPDB yang salah. Namun, masih banyak masyarakat yang memaksakan kehendak sehingga kerap terjadi kekisruhan dalam pelaksanaan PPDB. Sebab masih ada orang tua yang memaksakan kehendak untuk masuk sekolah tertentu.

Persyaratan PPDB sebenarnya mengikat dan mengapresiasi seluruh elemen masyarakat dan calon siswa. Hanya karena daya tampung sekolah terbatas, maka tidak semua calon siswa dapat diterima di SMA maupun SMK negeri.

Nanang mengilustrasikan untuk jalur afirmasi ada ruang untuk orang miskin, anak berkebutuhan khusus, perpindahan tugas, dan anak guru. Lalu untuk jalur perstasi, mengapresiasi atau menghargai siswa berprestasi baik dari segi akademik atau maupun non-akademik yakni prestasi kejuaraan.

Masyatakat yang tinggal dekat dengan lokasi sekolah pun dihargai melalui jalur zonasi. Itu merupakan bukti penghargaan dari pemerintah kepada semua elemen, dan juga upaya agar semua anak usia sekolah bisa terus melanjutkan pendidikan.

"Tapi itu tadi, dikarenakan kuota terbatas, maka harus ada persyaratan-persyaratan yang ditetapkan. Jadi siswa bisa bersaing di nilai rapor atau bersaing dalam prestasi non-akademik," tuturnya.

Terkait jalur zonasi yang kuotanya lebih banyak, Nanang menjelaskan, kebijakan tersebut sebenarnya dalam upaya menghilangkan mindset sekolah favorit. Yakni untuk memperingan biaya para siswa. Sebab lokasi rumah yang dekat dengan sekolah, maka tidak perlu mengeluarkan ongkos yang mahal.

"Zonasi kuotanya lebih banyak, karena di situ ada berbagai elemen masyarakat, ada siswa yang berprestasi, yang tidak mampu ada, yang prestasi kejuaraan ada, anak guru ada. Semua ada di situ," imbuhnya.

Nanang meminta masyarakat sadar diri agar tidak memaksakan anaknya sekolah di tempat yang diinginkan. Apalagi di sekolah yang dianggap favorit. Sehingga, jika tidak diterima di sekolah negeri jangan takut untuk masuk sekolah swasta. Terlebih banyak bantuan pendidikan yang diberikan pemerintah pusat, provinsi dan juga daerah.

"Bagi masyarakat kurang mampu, pastikan dulu kalau sekolah tersebut menerima siswa dari keluarga ekonomi tidak mampu atau yang benar-benar tidak berbayar karena ada kerjasama atau mendapat bantuan dari pemerintah," ujarnya. (*)

Editor : Rizki Maulana

Bagikan Artikel Ini
Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Jurnalis iNews Network tidak terlibat dalam materi konten ini.
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network