"Terapinya dilakukan dengan berbagai cara, ada terapi sensor integrasi, ada okupasi, ada terapi wicara, dan terapi perilaku. Jadi, ada multifaktor untuk terapinya,” paparnya.
Lebih lanjut, Rini menjelaskan, bahwa yang bisa terjadi pada anak autis itu adalah suka mengalami alergi makanan. Misalnya alergi susu sapi dan alergi makanan laut.
“Tapi, itu juga tidak semua anak alergi itu jadi dikatakan menderita autis,” imbuhnya.
Rini mengatakan, autis itu bisa dibagi menjadi autis ringan, sedang, dan berat. Untuk mendeteksinya biasanya ditentukan menggunakan perangkat skrining berupa kuesioner yang namanya M-CHAT-R.
Anak dengan gejala ada kontak matanya sebentar itu biasanya masuk autis ringan. Jika gejalanya tidak ada kontak mata tapi anaknya tidak cuek, itu masuk autis sedang.
Editor : Rizal Fadillah
Artikel Terkait