BANDUNG, iNewsBandungRaya.id - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memprediksi awal musim hujan tahun 2024/2025 akan berlangsung pada September hingga November 2024.
Begitu disampaikan Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati dalam jumpa pers Prakiraan Awal Musim Hujan 2024/2025 serta Perkembangan Kondisi Iklim dan Cuaca melalui zoom meeting, Kamis (19/9/2024).
"Awal musim hujan 2024/2025 umumnya diprediksi akan mulai pada bulan September 2024 yaitu sebanyak 75 ZOM atau 10,7 persen, Oktober 2024 sebanyak 210 ZOM atau 30,04 persen, dan November 2024 sebanyak 181 ZOM atau 25,9 persen," ucap Dwikorita.
Menurutnya, musim hujan tahun 2024/2025 akan datang lebih awal dari biasanya.
"Pada umumnya sebagian besar wilayah Indonesia akan mengalami musim hujan pada periode Oktober hingga November 2024. Dibandingkan rata-ratanya, musim hujan 2024-2025 akan datang lebih awal dari biasanya," ungkapnya.
Pihaknya memprediksi, puncak musim hujan akan terjadi wilayah Indonesia bagian Barat pada November-Desember 2024. Sedangkan di wilayah Indonesia bagian Timur pada Januari 2025.
"Puncak musim hujan akan banyak terjadi di bulan November-Desember 2024 di wilayah Indonesia bagian barat dan Januari 2025 untuk Indonesia bagian timur," ujarnya.
Selain itu, dibandingkan dengan kondisi normal, awal musim hujan 2024/2025 diprediksi maju 267 ZOM atau 38 persen, sama 190 ZOM atau 27 persen dan mundur sebanyak 96 ZOM atau 14 persen.
"Secara umum ini dikatakan musim hujannya maju sebesar 38 persen, namun ada juga yang mundur sebesar 14 persen," ujarnya.
Menurutnya, selama musim hujan 2024/2025, sebagian besar daerah diprediksi mengalami sifat hujan di bawah normal 2 ZOM atau 0,3 persen, normal 448 ZOM atau 64,1 persen, dan atas normal sebanyak 249 ZOM atau 35,6 persen.
"Namun yang perlu digarisbawahi meskipun normal, normalnya itu curah hujannya menengah hingga tinggi, bahkan di berbagai wilayah Indonesia terutama yang konsisten itu Kalimantan di situ tinggi, wilayah lainnya terafiliasi diawali menengah kemudian tinggi, kemudian turun lagi," terangnya.
Dengan kondisi tersebut, kata Dwikorita, maka potensi bencana hidrometeologi basah itu sangat perlu diwaspadai.
"Terutama untuk wilayah yang baru saja mengalami erupsi gunung merapi, di situ dikhawatirkan akan memicu terjadinya banjir lahar atau banjir bandang yang masif dan meluas, ini yang harus bener-bener dikendalikan," ungkapnya.
Meskipun sebagaian besar potensi yang terjadi adalah bencana hidrometeologi basah, Dwikorita menyebut bahwa ada sebagian kecil wilayah yang berpotensi kering di awal musim hujan pada September dan Oktober.
"Seperti di Jawa Timur kemudian juga di Nusa Tenggara Barat maupun Timur, ini di bulan September-Oktober relatif masih curah hujannya rendah bahkan ada wilayah yang kering, kemudian nanti diharapkan November kekeringan di sana berakhir," imbuhnya.
Oleh karena itu, pihaknya pun mengimbau pemerintah daerah (Pemda) dan pemangku kepentingan lainnya untuk lebih siap dan antisipatif terhadap potensi terjadinya bencana hidrometeorologi selama periode musim hujan.
"Terutama di wilayah yang mengalami sifat musim hujan atas normal. Wilayah tersebut berpotensi mengalami peningkatan risiko bencana banjir dan tanah longsor," ucapnya.
Pihaknya juga meminta Pemda untuk lebih optimal dalam mengedukasi masyarakat tentang cara menghadapi rísiko bencana yang berpotensi terjadi selama periode musim hujan.
"Serta pentingnya terus memonitor perkembangan informasi cuaca dan peringatan dini yang disampaiakan oleh BMKG terutama melalui aplikasi by phone, info BMKG serta berbagai kanal baik melalui sosial media," imbuhnya.
Dwikorita meminta, Pemda juga dapat menjadikan informasi prediksi musim hujan 2024/2025 ini sebagai acuan untuk menyusun rencana aksi dini dalam rangka menekan kerugian yang dapat ditimbulkan akibat bencana hidrometeorologi.
Di sisi lain, pihaknya mengimbau masyarakat untuk terus menjaga kebersihan lingkungan guna mencegah penyebaran penyakit yang rawan terjadi pada periode musim hujan, seperti demam berdarah.
"Jangan merusak lingkungan, jangan melakukan kegiatan yang mengganggu drainase, misalnya membuang sampah sembarangan, dikhawatirkan dapat menganggu kelancaran aliran air permukaan air hujan," katanya.
Selain itu, masyarakat juga diminta untuk rajin mengecek dan membersihkan tandon-tandon air yang sudah terisi penuh.
"Mohon untuk segera dibersihkan, dikeruk agar kapasitas tampungan air dapat maksimal atau optimal dan juga cek saluran-saluran drainase jangan sampai ada yang kesumbat, juga perhatikan ranting pohon-pohon karena dapat pula sewaktu-waktu terjadi angin kencang yang membahayakan apabila ranting yang sudah rapuh dan tegakan yang sudah tidak stabil itu masih ada," tandasnya.
Editor : Rizal Fadillah
Artikel Terkait