BANDUNG, iNewsBandungRaya.id - Komisi Pemilihan Umum (KPU) Jawa Barat menyelenggarakan Sosialisasi Pendidikan Pemilih Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur Jawa Barat Tahun 2024 Bersama Pitaloka di Sekretariat Pitaloka, Jalan Braga, Kota Bandung, Kamis (19/9/2024).
Ketua Divisi Sosialisasi, Pendidikan Pemilih, dan Partisipasi Masyarakat KPU Jabar, Hedi Ardia mengajak, para pengurus Pitaloka untuk menjadi pemilih yang rasional.
"Mudah-mudahan ibu-ibu atau pengurus dari Pitaloka milih gubernur, bupati atau wali kota tuh tidak sebatas karena faktor yang sulit parameternya. Misalkan, ‘ah saya mah milih ini karena ga ada lagi yang lain, ga tau yang lainnya mah’," ucap Hedi.
Hedi juga meminta, untuk mempertimbangkan setiap visi-misi dan program unggulan dari setiap pasangan calon kepala daerah.
"Pertimbangkan milih A itu karena programnya bagus, kemudian dimungkinkan program ini dilaksanakan. ‘Program ini bagus nih, belum ada di pasangan calon’, tapi mampu ga APBD? Jangan-jangan memang itu hanya janji-janji saja, realisasinya mah kan, gimana lagi apalagi udah terpilih mah kan ga bisa dibatalin, emang ada pembatalan pasangan calon yang tidak memenuhi janji kampanye? Ga ada," tuturnya.
Oleh karena itu, Hedi pun mengajak masyarakat khususnya para pengurus Pitaloka untuk menjadi pemilih yang kritis dan cerdas.
"Makanya ibu-ibu sok dari sekarang yang belum follow akun IG KPU Provinsi Jawa Barat, silakan difollow. Di sana ada semua informasi tentang visi-misi seluruh bakal calon, kita pelajari," katanya.
"Kenapa calon ini kaya gini? Masuk akal yang mana? Saya mah setuju ke ini, mau ngajak yang lain? Silakan, itu bagian dari strategi," lanjutnya.
Hedi pun mempersilahkan masyarakat untuk mengajak warga lainnya memilih calon pasangan kepala daerah yang diyakininya akan mampu memimpin dengan baik. Asalkan, ajakan tersebut tidak dibarengi dengan politik uang.
"Hal yang tidak boleh adalah ngajakin terus kitanya sambil bagi-bagi amplop, itu bu yang merusak teh, itu yang merusak demokrasi kita teh," ujarnya.
Mau sampai kapan juga, kalau kita semuanya yang di sini pengurus Pitaloka gagah nih sosialisasinya. Tapi setelah beres (sosialisasi), ‘mana tim sukses teh? Kenapa belum ada yang nitipin amplop?’, ah percuma bu," katanya.
Menurutnya, bangsa Indonesia tidak akan maju jika pola pikir masyarakatnya masih dengan cara-cara konvensional.
"Mau ngomongin kemana juga, kalau kita pola pikirnya masih kaya gitu ga akan maju bu, asli. Mau sampai kapan bangsa kita cara berpolitiknya masih pola-pola konvensional seperti itu," imbuhnya.
Hedi juga mengingatkan, untuk tidak terbuai dengan janji-janji manis para calon kepala daerah. Sebab menurutnya, calon yang dipilih nanti akan menentukan nasib masyarakat dan daerahnya dalam 5 tahun kedepan.
"Kalau misalkan ibu-ibu sekarang pilih gubernur, bupati dan wali kota cukup diselesaikan Rp200.000, cukup diselesaikan dengan Rp50.000, ibu-ibu semuanya tidak berhak menagih janji apapun. Kenapa? Karena sudah dibeli. Kata calon terpilih, ‘kan udah sama saya kemarin bayar, ibu-ibu tidak perlu menuntut apapun, selesai urusan kita’," bebernya.
Oleh karena itu, Hedi pun mengajak untuk menjadi pemilih yang bijak dengan datang ke Tempat Pemungutan Suara (TPS) pada 27 November 2024 mendatang dan tolak politik uang.
"Jangan lupa, 27 November datang ke TPS, kita gunakan hak pilih kita dan tolak politik uang. Karena yang paling berbahaya di samping isu politisasi agama itu adalah politik uang, bahaya pisan," tandasnya.
Editor : Rizal Fadillah
Artikel Terkait