BANDUNG, iNewsBandungRaya.id - Pameran Cinefuture 2024 yang digelar mahasiswa Program Studi Film dan Televisi, Fakultas Pendidikan Seni dan Desain (FPSD), Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) menawarkan pengalaman unik dalam mengeksplorasi representasi tubuh melalui medium seni gambar bergerak.
Pameran menampilkan 35 karya dari studio film, 20 dari studio animasi, dua dari televisi, dan satu dari kajian media.
Acara ini memperlihatkan bentuk lain dari film, animasi, program televisi, dan kajian media sekaligus menciptakan ruang bereksperimen dengan berbagai tafsir seni gambar bergerak terhadap realitas tubuh.
Kurator pameran yang juga dosen Prodi Film dan Televisi UPI Dedi Warsana mengatakan, tubuh adalah entitas kompleks dan multidimensional. Menurut Dedi, membicarakan tubuh ibarat menyelami tema tanpa ujung, yang terus berkembang seiring perjalanan kehidupan manusia.
"Tubuh bukan sekadar struktur biologis dari daging, tulang, dan organ, tetapi juga integrasi materialitas, pengalaman, dan kehadiran nyata sekaligus terasa,” kata Dedi Warsana.
Dedi menyatakan, tubuh tidak dapat hanya didefinisikan sebagai fakta biologis atau entitas organik berbentuk fisik. Sebaliknya, tubuh adalah fenomena yang mencakup dunia sosial, budaya, politik, psikologi, dan filsafat.
"Perspektif ini menjadi landasan karya-karya yang dipamerkan, memungkinkan penonton untuk mengintervensi cara pandang mereka terhadap perbedaan antara seni rupa dan seni film," ujarnya.
Ekspresi Tubuh dalam Seni Gambar Bergerak
Dalam pameran ini, tubuh tidak hanya menjadi subjek, tetapi juga medium untuk menyampaikan berbagai gagasan. Berbagai karya seni gambar bergerak memberikan tafsir baru terhadap realitas tubuh, baik dalam konteks budaya lokal maupun global.
Karya animasi, misalnya, menyoroti hubungan tubuh dengan teknologi, menunjukkan bagaimana perkembangan teknologi tidak hanya membantu manusia tetapi juga memengaruhi cara kita memahami diri sendiri.
Sementara itu, instalasi film memperkenalkan pendekatan alternatif terhadap pemutaran film konvensional, mengundang penonton untuk mengalami seni dalam cara yang lebih immersif.
Program televisi yang dipamerkan juga mencoba menantang pakem industri mainstream, menawarkan narasi segar yang menempatkan tubuh sebagai pusat eksplorasi.
Di sisi lain, kajian media menafsirkan tubuh manusia modern melalui pendekatan kritis, memvisualisasikan tantangan dan perubahan yang terjadi di era digital.
Ruang Bebas untuk Menafsirkan Tubuh
Dedi Warsana menuturkan, kebebasan dalam menafsir tubuh menjadi elemen penting dari pameran ini.
“Tubuh bukan hanya tentang apa yang tampak, tetapi juga tentang yang tidak tampak. Ia adalah sebuah fenomena yang memengaruhi bagaimana kita memandang dunia dan bagaimana dunia memandang kita,” tuturnya.
Dengan mengintegrasikan berbagai perspektif, kata Dedi, pameran ini memberikan pengalaman yang mendalam dan menggugah bagi para pengunjung.
"Setiap karya menawarkan pandangan unik, mengajak penonton untuk merenungkan kompleksitas tubuh dalam konteks yang lebih luas," ucap Dedi.
Cinefuture 2024 bukan hanya sebuah pameran seni gambar bergerak, tetapi juga perjalanan intelektual yang mengajak pengunjung untuk mempertanyakan, memahami, dan merayakan kompleksitas tubuh manusia.
Melalui medium seni gambar bergerak, mahasiswa Prodi Film dan Televisi UPI berhasil menciptakan ruang dialog yang menginspirasi, memperkaya, dan menantang cara pandang terhadap seni dan realitas.
Dengan keberanian dan inovasi yang ditampilkan, pameran ini menjadi bukti bahwa seni gambar bergerak memiliki potensi besar untuk mengeksplorasi tema-tema multidimensional seperti tubuh, sekaligus menghadirkan sudut pandang baru yang relevan dengan dunia seni modern.
Selain pameran, Cinefuture 2024 juga diisi simposium internasional sebagai agenda utama. Simposium dibuka oleh Dekan FPSD UPI Prof Dr phil Yudi Sukmayadi MPd.
Hadir sebagai pembicara dalam simposium antara lain, Wang Liang dari China, Prof Ulrich Martin Plank (Jerman), Muchammad Zaenal Al Ansory MSn (Telkom University), dan Direktur Institut Français Indonesia (IFI) Christophe Dreyer.
Christophe Dreyer menggarisbawahi pentingnya sinema sebagai medium untuk menjembatani dialog antarbudaya. "Sinema memiliki kekuatan untuk menyatukan berbagai perspektif budaya dan sejarah. Dengan simposium seperti ini, kita dapat menciptakan dialog global yang lebih inklusif," kata Christophe Dreyer.
Sementara itu, Prof Ulrich Martin Plank menyoroti dimensi multidisiplin dari tema yang diusung. "Kita tidak hanya membahas tubuh secara fisik, tetapi juga tubuh sebagai representasi identitas, politik, dan sosial dalam sinema. Ini adalah topik yang sangat relevan dalam sinema kontemporer," kata Ulrich.
Hasil simposium tersebut buku bunga rampai yang disusun oleh akademisi dari berbagai institusi akan diterbitkan. Buku itu menawarkan analisis mendalam mengenai tema "Representasi Tubuh dalam Sinema".
Pererat Jejaring Seni dan Akademik
Cinefuture 2024 juga dihadiri perwakilan dari institusi pendidikan dan seni ternama, seperti Universitas Padjadjaran (Unpad), Telkom University (Tel-U), Institut Kesenian Jakarta (IKJ), Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta, ISI Surakarta, Institut Teknologi Bandung (ITB), Universitas Maranatha, Universitas Widyatama, Universitas Katolik Parahyangan (Unpar), dan Politeknik Tempo Jakarta.
Ketua Program Studi Film dan Televisi UPI Dr Hery Supiarza MPd menyampaikan apresiasi terhadap antusiasme peserta dan kolaborasi lintas institusi.
"Cinefuture adalah wujud nyata program studi kami (Prodi Film dan Televisi) tidak hanya menghasilkan karya kreatif, tetapi juga menciptakan ruang akademik untuk membahas isu-isu penting dalam seni gambar bergerak," kata Hery Supiarza.
Cinefuture 2024, ujar Hery Supiarza, bukan sekadar acara tahunan, tetapi menjadi agenda biennial yang akan terus diperbarui dengan berbagai kegiatan.
Seperti pemutaran film, diskusi panel, workshop, dan pameran karya dari mahasiswa, dosen, komunitas, dan mitra internasional.
"Acara ini diharapkan tidak hanya menjadi ruang apresiasi seni, tetapi juga mempererat hubungan antara akademisi, praktisi, dan pelaku industri seni gambar bergerak," ujar Hery.
Hery Supiarza menegaskan, Cinefuture 2024 menjadi langkah nyata untuk mengangkat seni gambar bergerak ke tingkat lebih tinggi sekaligus membuka peluang kolaborasi global di masa mendatang.
Editor : Ude D Gunadi
Artikel Terkait